005.

Butuh tiga puluh menit akhirnya Tarendra dan Aksa sampai di cafe 'depan'. Betul memang nama cafenya adalah cafe 'depan', bukan cafe yang berada di depan tempat tinggal siapa-siapa tetapi memang nama cafenya adalah cafe 'depan'.

Tarendra melepaskan helm yang ia gunakan yang sebetulnya milik Aksa lalu memberikan helm tersebut apda Aksa dan disambut oleh Aksa lalu ia menaruh helm miliknya di spion kanan dan helm yang digunakan Tarendra di spion kiri.

“Udah pada sampai, Sa?' tanya Tarendra sambil membenarkan poni rambutnya karena terlihat acak-acakan setelah pakai helm.

Aksa menggedikkan bahu tanda ia juga tidak tahu. Setelahnya, Aksa merogoh tasnya untuk mengambil ponsel miliknya dan mengecek ponselnya untuk melihat apakah ada pesan dari sang kakak tingkat — Jeve, ternyata ada satu pesan masuk dari Jeve yang di dalamnya mengatakan kalau Jeve sudah sampai di cafe bersama teman-temannya.

Maka dari itu, Aksa mengajak Tarendra untuk masuk ke dalam cafe untuk bertemu dengan Jeve dan teman-teman Jeve itu.

Dari kejauhan, Aksa sudah melihat wajah familiar milik Jeve yang sedang duduk dengan tiga orang lainnya yang ia ketahui mereka adalah teman-teman Jeve lalu Aksa kembali menarik tangan Tarendra membuat Tarendra mendengus sebal karena tarikan Aksa membuat Tarendra terkejut, dirinya sedang membenarkan baju kemeja yang sedang ia gunakan karena terlihat berantakan.

Aneh tetapi rasanya Tarendra ingin membenarkan apa yang ia gunakan hari ini, ingin terlihat rapi, pikirnya saja sih.

“Hallo, Kak Jev.” sapa Aksa sambil melambaikan tangannya pada Jeve dan ketiga teman Jeve sedangkan Tarendra dibelakang Aksa hanya menganggukan kepalanya kecil, seperti pengikut Aksa saja di belakang diam berdiri.

“Hallo, S—” “AKSA!” Teriak Chavian setelah melihat keberadaan Aksa membuat Aksa terkejut, ternyata ada satu orang yang ia kenal di dalam pertemanan Jeve ini.

Aksa memang memiliki banyak teman di lingkungan kampus bahkan di setiap fakutlas, Aksa memiliki setidaknya satu atau dua teman seperti contohnya Chavian, temannya dari fakultas lain. Sedangkan Chavian sendiri sempat aktif BEM maka ia juga mengenal beberapa orang dari beberapa fakultas.

“Loh, Chav, gak nyangka bisa ketemu di sini.” Ucap Aksa lalu bertos ria dengan Chavian, menghiraukan sapaan Jeve membuat Yudha dan Jovan tertawa kecil dengan diam-diam Jovan melirikkan matanya, melihat lelaki yang sedang sibuk merapihkan kemejanya hanya berdiam diri mengikuti Aksa.

“Gue juga kaget waktu bang Jeve bilang kalau temen yang dia ajak itu lo, Sa. Eh, sini sini duduk.” Ucap Chavian menepuk bangku kosong yang berada di sebelahnya di mana bangku tersebut sebelumnya untuk satu tambahan teman Aksa dan untuk bangku Aksa sudah disiapkan di sebelah Jeve.

Lagi-lagi Yudha dan Jovan hanya bisa tertawa melihatnya karena Jeve sekarang sedang menggaruk kepalanya, kikuk sendiri.

Dengan sigap, Jovan yang paham dengan teman Aksa yang sepertinya introvert itu langsung pindah duduk di sebelah Jeve membiarkan teman Aksa duduk di sebelah Aksa.

Jovan memberikan gesture untuk lelaki tersebut membuat Tarendra mengangguk kecil lalu mengeluarkan suara kecil, “Terima kasih,” dan disambut dengan anggukan dan senyuman kecil dari Jovan.

“Eh, kenalin ini temen gue, namanya Tarendra.” ucap Aksa hampir saja kelupaan kalau ia membawa Tarendra hari ini karena sibuk berbincang dengan Chavian.

Tarendra tersenyum kecil menyapa teman-teman Jeve, “Hallo, Tarendra.”

“Hallo, Tarendra. Santai aja ya sama kita-kita, kita gak gigit kok, paling Jovan aja sih suka gigit.” Yudha membuka suara sebagai tanda perkenalan awal membuat Jovan melemparkan tisu ke arah Yudha sedangkan Yudha menjulurkan lidahnya meledek Jovan.

“Kurang ajar lo.”

Jeve hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan temannya ini, bisa-bisa Aksa menilai kalau dirinya sama seperti teman-temannya, padahal memang sama.

“Oh iya, Sa, Ta, kenalin ini temen-temen gue. Ini Namanya Yudha,” Jeve memperkenalkan Yudha terlebih dahuliu sambil menunjuk Yudha yang masih meledek Jovan.

Lalu Jeve menunjuk Jovan yang sedang mengepalkan tangannya seakan-akan ingin menonjok Yudha, “Kalau ini namanya Jovan. Nah, kalau yang ada di sebelah lo udah kenal kan, Chacha.”

“BANG!”

Jeve tertawa, karena panggilan Chacha hanya dilontarkan oleh Jeve, Yudha, dan Jovan untuk Chavian. Panggilan sayang pada adik kecilnya itu, kalau kata mereka. Walau sebenarnya Jeve juga umurnya berbeda setahun dengan Yudha dan Jovan yang lebih tua, tetapi Chavian memang adik kecil diantara mereka semua.


Beberapa jam sudah mereka habiskan untuk mengobrol banyak hal sampai akhirnya Tarendra mulai membiasakan diri karena beberapa kali Jovan mencoba mengajak dirinya berbicara, sepertinya Jovan tahu kalau Tarendra sedikit kesusahan untuk berbaur dengan orang pertama kali.

“Kayaknya seru deh kalau kapan kapan kita bulu tangkis bareng.” ucap Yudha tiba-tiba memberikan ide untuk kegiatan mereka seakan-akan mereka sudah sedekat nadi.

Yudha kepikiran tiba-tiba saja mengajak Tarendra dan Aksa bulu tangkis karena setelah mendengar percakapan sejak tadi, sepertinya teman-temannya dan teman-teman Tarendra dan Aksa memiliki kesamaan.

“Eh, boleh tuh, Kak.” Jawab Aksa diikuti anggukan dari Tarendra menyetujui ajakan Yudha, lagi pula Tarendra belakangan ini mulai jarang olahraga lagi karena banyaknya kegiatan yang ia miliki. Siapa tahu, dengan bertambahnya kegiatan olahraga bersama dengan beberapa temannya ini bisa menambah semangat Tarendra untuk berolahraga.

Idih, otak lo encer juga tiba-tiba Yud.” Sahut Jeve yang sebenarnya meledek Yudha karena tiba-tiba saja Yudha memiliki ide untuk melanjutkan pertemuan ini ke ara yang sehat yaitu berolahraga.

“Ck, gue juga setiap hari otaknya jalan, gak kayak lo, otak pajangan doang, Jev.” Balas Yudha, meledeki Jeve balik.

“Kalau otak lo jalan, berarti lo sekarang gak punya otak dong Bang.” Sahutan Chavian membuat Jeve dan Jocan tertawa bahkan Tarendra dan Aksa yang baru saja mengenal mereka ikut tertawa, ada benarnya juga ucapan Chavian.

Yudha yang duduk di sebelah Chavian langsung memiting Chavian, “Kurang ajar ya adik kecil.”

“BISA STOP GAK?” Chavian paling sebal kalau teman-temannya itu sudah memanggil dirinya adik kecil. Iya, Chavian tahu, ia paling muda diantara teman-temannya itu, sih.

Tarendra yang melihat interaksi mereka hanya bisa tertawa, karena teman-teman Jeve itu sama lucunya dengan dirinya dan kedua temannya — Aksa dan Winan.

Tarendra juga tidak bodoh, sejak tadi ia merasa dirinya sedang diperhatikan oleh seseorang, yang tak lain dan tak bukan adalah seseorang yang berada di sampingnya, Jovan Arun.

Rasanya Tarendra sedikit merinding, takut terjadi sesuatu yang sebenarnya Tarendra tidak ingin pikir lebih lanjut karena Tarendra sudah tidak percaya dengan hal seperti itu.

Rasa suka dan rasa cinta.

Lagipula, apa yang harus disukai dari penampilan Tarendra hari ini, bahkan hari ini Tarendra rasanya sedang tidak rapi seperti biasanya, sangat berantakan, apa yang Jovan lihat dari diri Tarendra.


@roseschies, 2025.