always enough for them
Setelah membaca chat dari Papanya itu, Haechan langsung menaruh ponselnya yang sebelumnya ia sempatkan kirim pesan ke Mark kalau ia akan ke kamar Papanya untuk sekedar ngobrol sebentar dengan sang Papa.
Sesampainya di depan kamar Ten, Haechan mengetuk pintu kamar Ten sampai terdengar suara sahutan Ten dari dalam kamar lalu Haechan masuk ke dalam kamar Ten di mana Haechan melihat Papanya sedang terbaring di kasurnya sambil tertawa kecil karena sedang scroll tiktok, katanya tadi.
“PAPA IH KAYAK ORANG ANEH KETAWA-KETAWA SENDIRI LIHAT HP,” Teriak Haechan sambil berlari kecil menuju Kasur Ten dan Johnny lalu menidurkan badannya di samping Ten dan mendekatkan diri ke arah Ten, melihat FYP milik Ten yang sedang terpampang di layer ponselnya itu.
“Kayak kamu nggak aja de, biasa kamu juga senyum senyum lihat HP karena chat dari Mark, kan?” Sahut Ten membuat dirinya malu sendiri, betul juga kata Papanya itu.
“Oh iya de, ayo kita velocity, Papa ajarin dede, Papa udah jago nih. Mau lagu yang mana?” Ucap Ten sambil membuka list lagu trend velocity di aplikasi tiktoknya.
“Ini aja nih Pa, seru tau yang ini.” Tunjuk Haechan pada satu lagu yang bagi Ten itu sangatlah susah, Ten belum bisa untuk lagu tersebut.
Ten menggelengkan kepalanya, “Susah ah de, yang gampang aja.”
“Ih, katanya Papa udah jago.”
“Iya Papa jago yang dung dung tak dung tak itu loh de,”
Haechan tertawa melihat Papanya meragakan trend velocity tersebut karena mimik wajah Ten terlihat seperti orang kebingungan sendiri, mana tangannya salah pula.
“Yaudah yang itu aja, Pa, ayo pakai HP papa ya, HP dede di kamar.” Ajak Haechan lalu Ten mengangguk dan keduanya menuju meja serbaguna milik Ten dan Johnny yang tidak jauh dari tempat tidur untuk meletakkan ponsel milik Ten agar keduanya dapat dengan mudah membuat video.
Setelah setidaknya ada satu jam lebih Haechan dan Ten menghabiskan waktu hanya untuk satu trend velocity, sampai akhirnya keduanya tidak sadar waktu sudah menunjukkan pukul tepat 11.00 malam, akhirnya Ten dan Haechan selesai juga membuat video pendek tersebut.
“Katanya Papa mau ajarin dede, ini jadi dede yang ajarin Papa.” Ucap Haechan diakhir setelah Ten mengambil ponselnya untuk ia edit video keduanya itu.
Ten tertawa karena sejak awal, dialah penyebab video pendek itu tidak selesai juga. Soalnya, Ten selalu tidak sinkron dengan Haechan yang sesuai dengan ketukan lagunya sedangkan dirinya selalu terlambat dan setiap itu, keduanya selalu tertawa dan membuat ulang, kalau Ten lihat bisa sampai ada puluhan draft video di aplikasi tiktok miliknya yang berisikan video miliknya dan Haechan tersebut.
Setelah sadar waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, Ten akhirnya meminta Haechan untuk kembali ke kamarnya untuk bersiap tidur karena sudah malam dan besok Haechan harus masuk sekolah.
“De, ke kamar gih, udah malam, besok kamu sekolah kan.” Ucap Ten membuat Haechan melihat kearah jam dinding dan terkejut, ternyata selama itu keduanya menghabiskan waktu untuk membuat video pendek tersebut.
Haechan mengangguk lalu membangunkan dirinya setelah memeluk kecil Ten tanda berpamitan.
“Oke Pa, dede tidur dulu ya, selamat malam Paa.” Pamit Haechan lalu berlari kecil menuju pintu kamar Ten dan Johnny. Tak lama kemudian sosok Haechan hilang dari balik pintu kamarnya, menyisakan Ten seorang dengan background suara trend yang baru saja ia buat dengan Haechan karena saat ini dirinya sedang mengedit di aplikasi tiktok.
Tak lama kemudian, pintu kamarnya terbuka melihatkan sosok besar, badan milik suaminya, Johnny yang baru selesai dengan urusan kantornya itu. Johnny mendekatkan diri kearah Ten yang sedang asik dengan dunianya sendiri, “Tumben dede ke kamar, Yang?”
Ten mendongakkan kepalanya lalu sumringah melihat Johnny, “Eh Jo, iya dede bosen katanya karena abangnya belajar terus, jadi ke kamar. Padahal dedenya sama aja kayak babangnya, sama-sama maniak belajar, apalagi kalau lagi ujian.”
Johnny tertawa lalu mengusak kepala Ten dan membawa dirinya menuju lemari miliknya untuk mengambil baju tidurnya.
“Dua anak kita memang sama, yang satu bosen kalau babangnya lagi ujian karena fokus belajar. Yang satu bosen kalau dedenya lagi ujian juga karena fokus belajar.” Johnny menggelengkan kepalanya, bingung dengan kedua anaknya itu.
Kedua anaknya itu obsess sekali untuk belajar kalau lagi ujian sampai Johnny dan Ten apalagi Ten khawatir dan selalu khawatir dengan kedua anaknya itu setiap musim ujian. Padahal sejak dahulu, Ten dan Johnny tidak pernah menekan kedua anaknya untuk mendapatkan nilai bagus.
Menurut Ten dan Johnny, berapapun nilai akhir yang dicapai kedua anaknya, Johnny dan Ten akan selalu bangga dengan proses yang dilalui oleh kedua anaknya dan keduanya tahu, kedua anaknya tidak pernah mengecewakkan mereka.
Berapapun nilainya, bagi Johnny dan Ten itu sudah sangat bagus dan mereka berdua selalu bangga dengan hasil dan proses yang dijalani oleh kedua anaknya.
“Aku mandi dulu ya, Sayang.” Pamit Johnny yang sebelumnya sempatkan mencium kening suami kecilnya itu yang sedang sibuk mengedit video dirinya dan anak bungsunya itu membuat Ten menganggukkan kepala kecil lalu Johnny pergi menuju kamar mandi untuk mandi, membersihkan tubuhnya.
roseschies, 2025.