Bulan ke-Tujuh
Sudah hampir beberapa bulan Tama dan Johannes resmi menjadi sepasang suami. Bahkan Tama sama sekali ngga pernah menyangka ia bisa sesabar ini menghadapi mulut pedas Johannes.
Intensitas Johannes pulang malam juga sudah tidak bisa dihitung lagi pakai jari dan hal itu semakin lama membuat Tama menjadi terbiasa.
Tama tidak peduli. toh, dia masih ingat, Johannes menolak semua pernikahan ini.
Tetapi Tama juga manusia, ia lelah.
Tama tidak tinggal diam ketika Johannes terus menerus pulang malam, lelaki itu marah karena ia juga butuh seseorang yang menemaninya terlagi Johannes adalah suaminya, bukan orang lain.
Iya, fakta itu Tama tidak bisa menyangkal mengingat cincin yang masih tersemat di jarinya.
Beberapa kali juga Johannes pulang dengan keadaan mabuk dengan badan yang selalu bau alkohol. Dan lagi, kejadian malam itu, dimana Johannes memeluk tubuh mungil Tama, selalu terulang kembali.
Ada satu malam, satu malam yang bagi Tama itu adalah malam termenyedihkan yang ada diantara keduanya.
Johannes menangis, tepat dipelukannya. Lelaki itu menangis tersedu-sedu sambil memanggil nama mamanya. Ia mengeluarkan semua curahan hati yang ada di dalam pikirannya secara sembarang sambil memeluk tama.
“Ma, Mama lagi disini ya bareng Anes? hangat ma pelukannya. Terima kasih ya ma.”
Tama rasanya ingin menghilang, pelukan ini, bukan pelukan Johannes dengan mamanya melainkan pelukan ini, pelukan Johannes dengan dirinya, Adhitama Bagaskara.
Sempat Tama pikir jika Johannes hanyalah anak yang kurang kasih sayang, tetapi rasanya sangat aneh karena setau Tama, Papanya Johannes adalah Papa yang sangat menyayangi anaknya.
Hati Tama selalu terenyuh setiap kali Johannes pulang dalam keadaan mabuk. Karena lelaki itu jauh lebih jujur dan mengucapkan banyak sekali curahan hatinya tiap kali ia mabuk.
Meskipun terkadang abstrak, tapi rasanya Tama ingin sekali merengkuh tubuh yang lebih besar ini kedalam pelukannya.
Tetapi berkali-kali Tama selalu ditampar oleh realita kalau ini JOHANNES.
Paginya ia langsung mendapat omelan lagi-lagi mengenai dirinya yang memeluk Johannes.
Rasanya mendengar kalimat kalimat pedas yang keluar dari mulut Johannes sudah menjadi makanan sehari-hari Tama.
Namun kembali tama menggumam kecil, “Lo beneran Evano yang gue kenal. Si keras kepala dengan mulut pedas.”
Mungkin malam malam sebelumnya, Tama tidak terlalu sadar karena ia pasti sudah tidur setiap Johannes sampai.
Namun, pagi ini, kebetulan Tama baru selesai mandi dan Johannes baru pulang dari 'kantornya' dan lelaki itu terlihat sangat berantakan.
Entah tama sama sekali tidak menghitung, tetapi yang Tama ingat, mungkin ini bulan kelima atau enam setelah pernikahan mereka dan tepat hari ini tama sadar akan sesuatu.
“Mas, sejak kapan kamu suka pakai parfum baunya kayak parfum wanita?”
Iya, lima atau enam bulan, Tama benar-benar sudah membiasakan diri memanggil Johannes dengan sebutan mas, juga setelah mama dan papanya tau bahwa tama masih saja ber gue-lo dengan johannes, lelaki itu mulai membiasakan memakai sebutan aku kamu sampai akhirnya Tama benar-benar terbiasa.
Johannes melihat kearah Tama lalu tersenyum miring, “now you know. Saya memang punya wanita yang saya sayangi sejak awal jauh dari sebelum kamu datang di hidup saya. Saya sudah bilang, kamu bakal menyesal kalau terus melanjutkan perjodohan ini, Adhitama.”
Di bulan kelima atau enam, bahkan mungkin sebenarnya sudah tujuh bulan, akhirnya Tama mengetahui alasan mengapa Johannes selalu pulang malam atau pagi. Lelaki itu bertemu dengan wanita yang dimaksud.
Di bulan ketujuh, Tama sadar, ia sudah mulai terbiasa dengan Johannes si keras kepala dan mulut pedas.
Entah karena sentuhan tiap malam ketika Johannes mabuk membuat Tama lupa semuanya.
Yang pasti, Tama rasanya ingin tenggelam.
Di bulan ketujuh, lelaki itu sadar sepenuhnya, ia sudah memiliki rasa untuk Johannes. lelaki si keras kepala dan mulut pedas. hanya karena perlakuan lelaki itu setiap mabuk.
Bilang tama gila jika ia menginginkan suaminya itu terus mabuk saja.
Karena ketika Johannes sadar, Tama akan kembali menjadi seseorang yang sangat membenci Johannes. suaminya itu.
Tama rasanya seperti memilki perasaan ganda, atau memang Johannes saja yang memiliki kepribadian ganda.
Ah, Johannes bilang, bahwa ia memang memiliki wanita yang ia sayangi sejak awal jauh dari sebelum Tama datang di kehidupan Johannes.
Tetapi, satu yang Johannes lupa, Tama jauh lebih dulu datang di kehidupan Johannes.
Bahkan tanpa Johannes sadar, lelaki bernama Adhitama Bagaskara, lebih dulu singgah di hati miliknya, sejak kecil.
Lelaki yang ia tangisi kepergiannya sampai pingsan. Lelaki itu bernama Adhitama Bagaskara.
Sayang, Johannes lupa dan tidak tau. semua ucapan pedasnya dulu, hanya untuk cari perhatian.
Sayang, johannes tidak tahu, bahwa lelaki itu sekarang sudah ada di depannya.
Tujuh bulan, menjadi suaminya.
Setelah mendengar jawaban dari Johannes, Tama hanya tersenyum. “Sebaik apasih, wanita itu, aku mau tau, kenapa kamu sampai masih setia sama dia disaat kamu sendiri udah nikah secara resmi selama tujuh bulan.”
“Jangan berbicara yang tidak tidak, Tama.”
Tidak, hatinya sama sekali tidak sakit. Sudah Tama bilang, dia ini banteng, bisa menyeruduk. Jika itu cara main Johannes, maka tama akan memperlihatkan cara mainnya.
Tujuh bulan, Tama rasanya bingung, perasaannya campur aduk. Tetapi Tama bukan lelaki yang bisa terus ditindas oleh Johannes.
Maka dari itu, tujuh bulan, Tama akan memperlihatkan cara mainnya, pada Johannes. Si keras kepala dan mulut pedas.
@roseschies