busy day for his brother

Baru saja satu minggu berlalu Hendery menghabiskan waktunya hanya untuk belajar dan belajar karena saat ini Hendery sedang dimasa ujiannya. Dan sudah satu minggu berlalu Haechan merasa hidupnya terasa jauh lebih sepi apalagi ketika keduanya di rumah.

Satu minggu ini juga sudah Haechan lewati hanya melihat Hendery pulang hingga larut malam dengan wajah yang terlihat lelah, ia tahu abangnya sedang berjuang, memerjuangkan nilainya untuk di semester tersebut.

Beberapa kali Haechan mencoba menjahili abangnya itu dengan mengeluarkan beberapa lelucon atau sekedar melemparkan suatu barang sambil tertawa seperti yang biasa mereka lalukan di rumah tetapi respon yang diberikan sang abang hanya mengambil barang yang dilempar oleh Haechan lalu pergi begitu saja sambil membawa buku yang Haechan yakin isinya Haechan pun tidak mengerti alias materi-materi ujian Hendery.

Haechan menghembuskan nafas sambil mencibir “Gak seru Abang ah.”

Biasanya kalau Haechan mengucapkan hal seperti berikut Hendery akan mengomel atau sekedar mencubit pipinya sampai menguyel-uyel pipinya itu tapi sekarang berbeda, tidak ada reaksi apa-apa dari Hendery.

Rasanya Haechan ingin menangis, ia merasa abangnya seperti marah padanya tetapi pada akhirnya ia mengerti, Hendery sedang lelah dan stress karena masa ujian.

Beberapa hari kemudian, di malam itu, Haechan bangkit dari kasurnya setelah beberapa kali hanya scroll sosial media, ia punya ide lalu membawa kakinya menuju dapur.

Haechan ingat masih ada beberapa makanan kecil seperti kue dan coklat lalu ia membuatkan teh hangat dan meletakkan piring yang sudah ia isi dengan kue dan coklat juga cangkir berisi teh hangat ke atas nampan dan ia bawa nampan tersebut menuju kamar Hendery.

Haechan letakkan nampan tersebut di depan meja beserta surat kecil yang sudah sempat ia tuliskan beberapa kata di dalamnya lalu mengetuk pintu kamar Hendery dan berlari menuju kamarnya setelah misinya selesai ia lakukan.

Hendery yang mendengar ketukan pintu dari pintu kamarnya langsung berdiri dari bangkunya, “Iyaa Pa,” karena Hendery berfikir itu adalah Papanya yang mengetuk kamarnya.

Sesampainya ia di depan pintu lalu membuka pintu kamarnya namun ia tidak melihat siapa siapa di depan pintu kamarnya, ia hanya melihat nampan berisikan piring dengan kue dan coklat di atasnya dan cangkir berisi teh hangat juga sebuah kertas dan ia tersenyum kecil sambil melihat ke arah pintu kamar adiknya itu, Hendery tau dengan pasti kalau hal berikut adalah kerjaan sang adik.

Hendery sadar adiknya beberapa hari belakangan selama ia ujian ini selalu meminta perhatian, sekedar menjahilinya, seperti biasa.

Hendery jongkok untuk mengambil nampan lalu membawa nampan tersebut masuk ke dalam kamarnya dan meletakkan nampan tersebut di atas mejanya kemudian ia bawa tangannya untuk mengambil kertas yang ada di atas nampan.

Semangat belajarnya, Abang jelek. Dede yang tampan ini bosan, cepet selesai ujian, dede gak sabar mau ngisengin babang lebih banyak. Babang kalau lagi ujian jadi kayak monster, ih serem.

Hendery tertawa kecil membaca tulisan di dalamnya, tertawa karena isi di dalamnya dan tulisan Haechan yang seperti cakar ayam, jelek sekali. Hendery tahu, adiknya itu menulis dengan buru-buru.

Niat Hendery selanjutnya adalah mendatangi adiknya dan akhirnya Hendery bangun dari duduknya lalu menuju kamar adiknya yang berada di depan kamarnya itu.

Baru saja Hendery ingin mengetuk pintu kamar adiknya tetapi ia tunda karena mendengar suara tawa adiknya dan disusul dengan suara Mark samar-samar, oh, adiknya sedang video call dengan temannya itu.

“Cih, dasar, anak muda.” Cibir Hendery lalu kembali ke dalam kamarnya dan mendudukan dirinya di bangku sambil mengambil kue yang diberikan adiknya itu.

“Pasti si Mark keenakan tuh,” Gumam Hendery sambil mengunyah kue yang sedang ia lahap sambil sesekali masih mencibir, “Mark tetep nomor satu, gue mah kedua.”

Aslinya Hendery iri.