Dia 'Buta' Tentang Semuanya


Benar saja, perjalanan Tama dari cafe tadi sampai rumah memakan waktu setengah jam lebih sedikit.

Setelah Tama memarkirkan mobilnya di parkiran rumah, Tama keluar dari mobil lalu masuk ke dalam rumahnya yang terlihat sepi. Bahkan rasanya tidak ada tanda-tanda ada Johannes di dalam rumah.

Tama masuk ke dalam kamarnya dan di sana Johannes juga tidak ada. Tama hanya bisa menggedikkan bahunya, tidak peduli juga ada dan tidak adanya Johannes, mungkin lelaki itu sedang mabuk tadi atau apa, terserah.

Tanpa mencari atau mengirim pesan untuk Johannes, Tama langsung mengganti baju dan bebersih diri di kamar mandi.

Mungkin lima menit Tama habiskan di dalam kamar mandi sesudahnya ia kembali keluar dari kamar untuk mengambil minum karena ia merasa haus.

Tiba-tiba pintu utama rumah terbuka kencang dan selanjutnya terdengar suara Johannes yang menggelegar mengisi kekosongan rumah. “ADHITAMA, DIMANA KAMU?”

Tama baru saja mau mengisi air minum ke dalam gelasnya, Johannes yang melihat Tama sedang berdiri di dekat meja makan langsung mendatangi Tama, lelaki itu terlihat sedikit tergesa-gesa dengan wajah yang merah padam, menahan emosinya.

PLAK.

Johannes menampar pipi Tama membuat lelaki itu langsung mengelus pipinya dan menatap Johannes nyalang, “APAAN SIH DATENG DATENG NAMPAR GUE?!”

“Kamu itu sudah berapa kali saya bilang sih? Kenapa belum paham juga?! Tinggalkan saya dan urusan pribadi saya. Jangan mengadu terus tentang saya ke Papa!”

“Papa saya tau kalau saya masih ketemu sama wanita yang kemarin kamu lihat. Selain kamu, siapa lagi yang bisa ngadu tentang itu ke Papa saya?!”

“GUE NGGA PERNAH NGADU, JOHANNES! LO KENAPA SIH SELALU BILANG GUE NGADU NGADUAN.”

“YA KARENA SELAIN KAMU SIAPA LAGI YANG BISA NGADU KE PAPA SAYA, ADHITAMA!”

“Kamu tau akibat dari kamu yang tidak bisa tutup mulut itu?! Wanita itu dibilang pelacur oleh Papa saya! Kami berantem semalaman karena kamu Adhitama! Karena kamu yang ngadu ke Papa saya!”

Tama berdecak kesal, “Ck. She deserves it, kok.”

“APA KAMU BILANG?!”

“DIA PANTAS DAPET KALIMAT ITU JOHAN. LO PUNYA MATA DAN KUPING YANG BAGUS KAN?!”

Johannes mengambil gelas yang seharusnya menjadi tempat minum Tama tadi dan ia lempar gelas tersebut kesembarang arah lalu menatap Tama lekat lekat, “NGOMONG SEKALI LAGI, ADHITAMA.”

“Amanda. Pantes dapet kalimat itu, Johannes. Lo denger semua kalimat gue dengan jelas.”

“Kaget? Kaget gue udah tau?? Gue tau, SEMUA, Johannes. Gue udah tau siapa wanita itu, siapa Amanda, dan apa yang udah Amanda lakukan. SEMUA.”

“Amanda bukan pelacur! Amanda bukan wanita murahan seperti apa yang udah Papa saya katakan pada Amanda, Adhitama!”

Tama mendorong sedikit badan Johannes lalu menunjuk tepat di depan mata Johannes, “Buka mata lo Johan! Dia itu sama sekali ngga cinta sama lo, dia cuma mau harta lo! Stop jadi manusia bodoh!”

Johannes mencengkram lengan Tama lalu menatap mata Tama, “Kamu kalau tidak tau apa-apa dan tidak ada bukti, jangan mengada-ada, Adhitama. Jaga ucapan kamu. Kamu tidak kenal dengan Amanda, jangan macam-macam.”

Tama tertawa keras mendengarnya, “Ck. Lelucon apa ini.”

“Silahkan, silahkan pergi dan lanjutkan pembelaan lo untuk wanita lo itu. Karena diakhir nanti lo akan tau semuanya, kalau wanita yang selalu lo sayang dan cinta itu cuma mau harta lo.”

“Diakhir nanti lo bakal sadar, siapa yang sebenarnya tulus dan selalu ada buat lo itu, bukan dia.”

“Lo bilang gue yang bakal nyesel karena udah terima perjodohan ini, kan? Let's see, diakhir nanti, siapa yang bakal menyesal. Johannes.”

Tama mendorong tubuh Johannes membuat lelaki itu erat-erat menahan kepalan di tangannya lalu membalikkan tubuhnya.

Johannes tiba-tiba memberhentikan langkahnya lalu kembali membalikkan tubuhnya dan menatap Tama dari kejauhan, “Kalau bukan karena kamu, hubungan saya dan amanda akan tetap baik baik saja, Adhitama.”

Tama hanya memutarkan bola matanya malas sedangkan Johannes membalikkan tubuhnya lagi lalu pergi dari rumah dan meninggalkan Tama.

Tama memijat pelipisnya, “Lo kenapa ngga mau dengerin gue sih, jangankan gue, Papa lo aja ngga di dengerin Johannes.”

Tama berjongkok untuk membersihkan bekas gelas yang pecah akibat Johannes tadi.

Kecerobohan Tama kembali terulang, lelaki itu tidak sengaja terkena pecahan beling lagi di telapak tangannya.

Tama meringis kemudian langsung buru-buru mencari obat merah di tempat P3K yang waktu itu sempat ia beli.

Oh, maid di rumah sudah Tama berhentikan semua, kasihan, hanya bisa mendengar suara teriak demi teriakan dari Johannes.

Tama membiarkan pecahan beling tersebut lalu duduk di sofa, pelan-pelan ia obati lukanya lalu ia pakaikan perban di tangannya.

Tama menghela nafas pelan. Bener kata Arga, sebanyak apapun lo ngomong tentang Amanda, anak itu tetap akan terus membela Amanda. Jalan terakhir cuma biarkan Johan ngeliat semuanya pakai mata kepala dia sendiri.

Sabtu besok, gue harus banget ketemu dan mergokin Amanda sama pacarnya. Semoga Nesya ngga bohong tentang ini. Batin Tama lalu berdiri untuk kembali melanjutkan kegiatan membersihkan pecahan beling tadi dengan pelan-pelan.


@roseschies