kenangan yang tercampur

Setelah beberapa jam perjalanan yang membuat pantat terasa pegal, akhirnya mobil milik Jaehyun terparkir rapih di tempat parkir yang disediakan oleh pihak Panti Asuhan.

Sebelumnya, tentu Jaehyun dan Taeyong sudah izin terlebih dahulu dengan pihak Panti Asuhan. Jaehyun dan Taeyong juga tidak kosong tangan datang ke sana, meskipun sebelumnya mereka sudah melakukan kegiatan yang tentu di dalamnya terdapat acara membagikan kebutuhan primer untuk Panti Asuhan, namun rasanya sangat tidak etis jika keduanya datang kembali membawa rombongan dengan tangan kosong.

Tidak banyak tapi menurut Jaehyun dan Taeyong barang yang mereka bawa sudah lebih dari cukup mengingat keduanya juga tahu ada berapa anak anak yang ada di Panti Asuhan saat ini.

Tentu, Johnny dan Yuta ikut berkontribusi lagi kali ini, bedanya mereka menggunakan uang pribadi bukan uang perusahaan seperti yang lalu.

Jaehyun dan Taeyong jalan terlebih dahulu, disusul dengan Mark dan Jeno lalu Lucas, Hendery, dan Haechan yang mengikut dibelakang.

Mark berhenti sebentar lalu mengeluarkan ponselnya untuk memotret bagian Panti Asuhan yang terlihat cantik juga adem. Mark tersenyum, setidaknya anak anak Panti Asuhan ini dirawat dengan benar benar jika melihat dari luar Panti Asuhannya saja sudah terlihat bersih.

Pihak Panti Asuhan mendatangi Jaehyun dan Taeyong kemudian mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam.

“Mark, sini sayang.” Panggil Taeyong lalu menarik Mark ke dalam rangkulannya sedangkan Jeno sudah di dalam rangkulan Jaehyun dan yang lain masih mengikut di belakang sambil melihat kanan kiri.

“Ini Minhyung, ya?” Tanya salah satu dari pihak Panti Asuhan yang seperti sudah bekerja sangat lama di sini lalu tersenyum ketika melihat Mark.

Mark tersenyum mendengar nama kecilnya dipanggil, rasanya asing tapi tidak seasing itu, hatinya terasa menghangat seketika mengingat masa kecilnya dulu yang suka dipanggil Minhyung.

Taeyong mengelus pelan pucuk kepala Mark, “Beliau salah satu pengurus Panti Asuhan yang masih di sini, salah satu yang masih bertahan dari sebelum Mark di sini.”

Mark mengangguk, ingatan kabur yang tiba-tiba datang secara abstrak ke dalam bayangannya membuat Mark kembali tersenyum.

“Dulu, Minhyung suka lari lari di taman belakang. Mungkin sekarang udah agak beda sih, tapi ada beberapa yang nggak di renovasi, mau liat liat?” Ucap sang pengurus sambil menunjuk taman belakang dan dijawab anggukan antusias dari Mark.

Berbeda dengan Mark yang terlihat antusias, Jeno terlihat sedikit takut juga murung, matanya hanya melihat kesana kemari.

“Haalooo akak gedeeee!!!” Ucap seorang anak kecil yang tiba-tiba memeluk kaki Lucas membuat Hendery tertawa karena Lucas dibilang gede. Ya tidak salah sih, memang Lucas seperti titan, sangat besar bahkan dibanding dirinya dan orang orang yang ada di sini.

Sang pengurus tertawa lalu menggendong anak kecil tersebut yang seperti terlihat penasaran dengan Lucas.

Lucas menyapa anak kecil tersebut, “Haloo, nama kamu siapa?”

“Aku Unaaa, Kakak gede siapa namanyaa? Ih, kakak yang sebelahnya juga gantengg. Haloo kakak gantengg hehehehe. Kakak yang disebelahnya lucuu, Una mau main sama Kakak yang ituu jugaaa.” Anak kecil yang memperkenalkan diri sebagai Una itu menunjuk Hendery sebagai kakak ganteng dan Haechan sebagai kakak lucu mengundang gelak tawa dari Jaehyun dan Taeyong.

“Hihihi Una senang banyak kakak gede dan ganteng ganteengg, Una mau main ya Bibii, bolehh?” Izin Una pada pengurus Panti Asuhan yang sedang menggendong Una dan diberi jawaban anggukan oleh pengurus tersebut.

“Boleh Una. Nanti Una boleh main, ajak temen temen Una yaa? Kita main bareng bareng nanti sama kakak kakak dan om omnya, okay?” Ucap si pengurus Panti Asuhan membuat Una menurut dan menganggukkan kepalanya lucu.

Hendery mendekatkan tubuhnya ke arah Haechan lalu membisikkan sesuatu tepat di kuping Haechan, “Mirip lu de waktu kecil.”

Haechan mengernyitkan dahinya bingung.

“Bawel.” lanjut Hendery lagi membuat Hendery dihadiahi sebuah tinju di lengannya dari Haechan.


Hendery, Haechan, Mark, dan Lucas sudah membaurkan diri dengan anak anak Panti Asuhan di taman belakang. Mereka bermain banyak permainan bersama sampai mengundang gelak tawa dari masing masing individu.

Lucas dan Hendery yang terus menerus mengeluarkan lelucon yang menurut anak kecil lucu hingga mereka tertawa terbahak-bahak sedangkan Mark dan Haechan bermain perosotan hingga ayunan, tentu anak anak yang bermain, Mark dan Haechan yang membantu anak anak tersebut.

Sedangkan Jeno sedang terduduk diam di kursi taman, beberapa kali anak Panti Asuhan mendekat kearah Jeno dengan memanggil dirinya dengan sebutan 'Kakak Ganteng Tiga', Jeno hanya tersenyum ramah lalu mencubit pipi anak anak tersebut dan bilang bahwa dirinya ingin duduk sebentar.

Taeyong yang baru saja selesai berbincang dengan pihak panti mendekatkan diri dengan Jeno lalu duduk di sebelah Jeno sedangkan Jaehyun mendekat ke arah Mark dan ikut bermain di sana.

“Kok ngga main Dek?” Tanya Taeyong sambil melihat Mark yang sedang tertawa melihat salah satu anak nyungsep sewaktu main perosotan membuat ekspresi panik tercetak di wajah Haechan yang sedang membantu di bagian perosotan.

Jeno diam dan hanya memandangi wajah ceria Kakaknya itu.

“Jeno takut.”

Taeyong menunggu anaknya itu melanjutkan kalimatnya sambil tetap melihat kearah Mark yang sekarang sedang membantu Haechan untuk membersihkan rumput yang menyisa di celana anak yang tadi jatuh itu.

“Takut, Kakak kayak udah nyaman di sini. Gimana kalau Kakak nggak mau ikut balik lagi Pi?”

Taeyong terkekeh, gemas sekali ia melihat Jeno yang biasa terlihat cuek tetapi kali ini Jeno terlihat khawatir dan takut dengan sang Kakak. Persis seperti waktu kejadian Mark kala itu.

“Dek kamu bacaan novelnya jangan dibawa sampai kesini Dek, yaampun Hahahaha.”

Taeyong melanjutkan pembicaraannya menjadi agak serius, “Papi tahu mungkin kamu bosen denger ini, tapi inget Dek, Kakak itu udah jadi Kakak satu satunya Adek. Adek itu satu satunya Adeknya Kakak. Nama Kak Mark bukan lagi Minhyung, tapi udah jadi Jung Mark, Kakaknya Jeno. Papi paham, Papi sama takutnya sama Adek, tapi Papi lebih tahu Kakak. Senyamannya Kakak di sini, Kakak lebih nyaman sama keluarga kita, Dek. Kakak nyaman sama Keluarga Jung. Kakak nggak akan ninggalin dan nggak akan pernah mau ninggalin Ayah, Papi, juga Jeno sebagai Adek satu-satunya Kakak.”

Jeno tersenyum mendengar ucapan yang dikeluarkan oleh Taeyong.

“Main gih. Kamu murung gitu yang ada nanti Kakak kamu mikir kamu ngga nyaman di sini dan nggak mau kalau Kakak datang ke sini.” Ucap Taeyong sambil mengelus pucuk kepala Jeno membuat Jeno mengangguk lalu menarik tangan Taeyong.

“Ayo, Papi main jugaa!”

Taeyong terkekeh, “Iya iyaa dek, ini Papi ikutaann.”

Mark yang sedaritadi diam diam melirik kearah Jeno dan Papinya langsung tersenyum lebar membuat Haechan yang berada di sebelahnya dengan tangan yang sedang menggandeng salah satu anak kecil langsung membuka mulutnya, “Kenapa, Kak?”

Mark menggelengkan kepalanya, “Gapapa chan.”

“Kakak seneng?”

Mark mengangguk, “Seneng. Makasih ya chan udah nemenin Kakak di sini.”

Haechan tersenyum lalu mengangguk, “Aku ikut seneng kalau Kakak seneng di sini. Makasih juga udah ngajak aku buat main di tempat yang dulu jadi tempat main Kakak waktu kecil. Aku jadi ngerasa lebih kenal deket sama sosok 'Minhyung' kecil, Hehehehe.”

Mark terkekeh, malu karena nama kecilnya keluar dari mulut Haechan.

“DOOORRR!! Berduaan ajeee lo berdua, tuh liat bocilnya udah narik narik tangan lo deee. Dunia ni bukan cuma ada lo berduaaaaaa.” Hendery tiba-tiba menyempilkan diri di antara Haechan dan Mark, menganggu kegiatan mereka berdua membuat Haechan mutar bola matanya malas.

“BABANG BISA GAK, GAK USAH RUSUH??????” Teriakan Haechan membuat Mark tertawa sedangkan Hendery kembali meledek Haechan lalu mengajak beberapa anak kecil untuk kejar kejaran dengan dirinya sebagai seseorang yang mengejar. Tentu Lucas menjadi provokator membuat anak anak lari terbirit birit ketakutan dikejar oleh Hendery.


@roseschies