Malam itu

Tama terus merasa resah di tempat tidurnya itu, ia berkali-kali hanya kesana kemari mencari posisi pas untuk dirinya di tempat tidur barunya.

Sesuai dengan pesan yang diberikan Johannes tadi, Johannes benar-benar tidak pulang bahkan sampai jam 12 malam saat ini. Tama tidak peduli, bahkan ia tidak penasaran dimana Johannes berada.

“Kata Mama, gue disuruh jadi suami yang baik buat Johan. Gimana ya, gimana caranya. Gue aja ketemu sama Johan bisa diitung pake jari padahal udah kayak mau seminggu gue sama dia jadi sepasang suami.”

“Bikinin sarapan gitu ya jadi suami baik? Lah, pagi pagi aja gue udah ngga liat batang idungnya si Johan.”

“Mandiin si Johan termasuk jadi suami baik ga sih? Pengen gue guyur pake air panas biar mendidih itu sebadan-badan.”

“Kok gue jadi kayak suami yang jahat si. Ngga boleh Tama, lo itu baik hati dan menggemaskan. Ngga boleh gitu.”

“Apaansih, gue menjijikan sekali. Udahlah gue tidur aja. Masalah jadi suami yang baik buat Johan biar gue pikirin kedepannya.”

Setelah bermonolog sambil menatap langit-langit kamarnya, akhirnya Tama memutuskan untuk menutup matanya, menjemput mimpinya.

Namun, bibirnya kembali bergumam, “Johannes... Gue masih ngga percaya, lo itu Evano..”

“ARRRGGGH” Tama berteriak frustasi rasanya ia ingin membanting semua barang yang ada di kamar ini.

Dari sekian banyak orang, kenapa harus Evano itu Johannes?!

Tama menghela nafas kemudian kembali menutup matanya. Dia harus tidur, ini sudah jam berapa, besok pagi ia harus kembali bekerja.

“Eh, lupa, gue kan udah resign disuruh Mama. TERUS BESOK PAGI GUE NGAPAIN ANJING. PENGANGGURAN BANGET GUE.”

Sudahlah, besok pagi biarkan menjadi pikiran besok, malam ini, Tama harus tidur.


Tepat pukul jam tiga pagi lewat, Johannes membuka pintu kamar dirinya dengan Tama.

Akhirnya, Johannes benar-benar menapaki kakinya di rumah ini. Rumahnya dengan Tama setelah tadi pagi tanpa basa basi ia langsung lari menuju apartemen kekasihnya, Amanda.

Dengan kepala yang sedikit pusing, Johannes menutup pintunya pelan kemudian berjalan sempoyong menuju kasur tanpa terlebih dahulu mengganti bajunya.

Tidak peduli dengan bau alkohol dan rokok yang masih menempel di tubuh dan bajunya itu, Johannes langsung menidurkan tubuh di kasur.

Johannes masih sedikit mabuk, sepertinya ia lupa fakta bahwa ada lelaki mungil di kasur yang sama dengannya.

Kepala Johannes rasanya ingin pecah, masalah dengan Amanda kali ini rasanya sedikit lebih rumit. Wanita itu ngamuk ketika tau akhirnya Johannes menikah dengan Tama. Berkali-kali Johannes menjelaskan pada Amanda, berkali-kali juga Amanda membentak Johannes.

Johannes membalikkan tubuhnya lalu memeluk tubuh yang ada di sampingnya- tubuh Tama yang sedang tertidur.

Lengan kekar itu memeluk tubuh mungil milik Tama tanpa sadar kalau yang ia peluk itu Adhitama Bagaskara.

Johannes mendekatkan tubuh ke punggung Tama, memberi sedikit kecupan kecil di sana.

Sedangkan Tama yang sebenarnya terbangun akibat merasakan seseorang yang tiba-tiba tertidur dan memeluknya langsung terdiam.

Demi Tuhan, Tama tidak bohong, jantungnya berdebar, lelaki itu deg-degan, sungguh.

Johannes terus menerus memberi kecupan kecil dipunggung Tama, Tama terus-terusan menutup matanya, mengabaikan kecupan yang diberikan oleh Johannes.

Bau alkohol menyeruak dari sampingnya membuat Tama sadar, Johannes masih mabuk. Pantas.

Tetapi, TIDAK BEGINI DONG. Sudah dibilang, Tama itu, lemah. Jangan seperti ini, berhenti mengecupi punggungnya.

Entah seperti mendengar racauan batin Tama, Johannes memberhentikan kecupannya lalu kembali memeluk erat tubuh mungil milik Tama.

Johannes mendekap tubuh itu seperti tidak ingin kehilangan barang sedetikpun.

Johan, jangan begini, sana pergi, yang jauh.

Berbeda dengan batinnya, pelukan ini mengingatkan akan sesuatu.

Benar, ini Evano.

Hangatnya pelukan Johannes, sama persis dengan hangatnya pelukan lelaki beberapa puluh tahun lalu yang memeluk dirinya sebelum akhirnya ia memutuskan untuk pindah rumah.

Fuck you, Johannes.

Akhirnya, Tama menutup matanya, mengabaikan jantungnya yang terus berdebar dan mengabaikan lengan kekar yang masih setia melingkar pada tubuhnya. Mengabaikan Johannes, yang bertingkah seperti orang aneh.


@roseschies