Pertemuan


Nesya bersama Amanda dan pacarnya Amanda sudah aman di dalam cafe yang sudah dijadikan tempat dimana bukti akan terkuak semua hari ini.

Sedangkan Arga bersama dengan Deon dan Anan di dalam mobil yang tidak jauh terparkir di dekat cafe tersebut. Ketiganya menunggu di sana, entah menunggu Nesya, menunggu Tama, juga menunggu Johannes.

Dari kabar yang baru saja Deon dan Anan dapat dari Tama, Tama dan Johannes sudah di jalan menuju TKP.

Tak lama kemudian Arga bisa melihat mobil Johannes yang sudah terparkir lebih dekat di dekat cafe dan berjauhan dari tempat parkir dimana mobil Deon terparkir.

Oh, Arga juga bawa mobil, tapi ia parkir agak jauh dari sini supaya Johannes tidak curiga karena Johannes tau mobil Arga bahkan sangat hafal.

Ketiganya dapat melihat Nesya yang sudah beranjak dari tempat duduknya lalu menuju kamar mandi sebelum Tama dan Johannes keluar dari mobil.

Tanpa menggandeng tangan bahkan Tama harus membuka pintunya sendiri, keduanya turun dari mobil Johannes lalu jalan berdampingan masuk ke dalam cafe.

Tama lebih dulu menemukan keberadaan Amanda dan pacarnya yang ada di dalam cafe karena sebelumnya Nesya sudah bilang dimana ia duduk.

Tama tersenyum kecil melihat tangan pria tersebut melingkar di pinggang Amanda, keduanya terlihat sangat dekat, siapapun pasti tau kalau keduanya adalah sepasang kekasih. Amanda terlihat santai karena ia tidak takut, lagipula Nesya juga memang tau untuk apa Amanda tau.

Tetapi Amanda tidak tau kalau kegiatannya dengan pria yang ia sebut sebagai rekan kerjanya itu terlihat oleh Johannes yang tiba-tiba saja ikut melihat kearah pandangan Tama.

Johannes langsung membawa kakinya terburu-buru menuju meja di mana Amanda dan pria tersebut berada sedangkan Tama hanya mengikut dari belakang sambil melipat kedua tangannya di dada, mengekor langkah kaki Johannes.

Johannes tiba-tiba menarik lengan Amanda membuat Amanda tersentak hampir saja ingin memarahi siapapun yang berani menarik lengannya, tetapi ia urung niatnya ketika melihat kilatan mata Johannes di depannya, “Mas....”

Amanda ciut, ia gemetar sekarang, ia sudah tertangkap basah.

“Ini yang kamu bilang rekan kerja? Rekan kerja mana yang ngomongin kerjaan sambil peluk-pelukan pinggang, dan oh mata aku tadi ngga salah liat kamu cium pipi rekan kerja kamu?!” Johannes meninggikan suaranya di depan Amanda membuat perempuan itu kehabisan kata dan hanya gagu di depan Johannes.

“JAWAB AMANDA!” Suara Johannes menggelegar mengisi seisi ruangan sedangkan Tama hanya bisa tersenyum miring dibelakang Johannes, Nesya yang sudah selesai dari 'urusan kamar mandinya' hanya diam berdiri tidak jauh dari mereka.

“Mas... A-aku bisa jelasin, mas...” Ucap Amanda terbata-bata.

“Memang sudah seharusnya kamu jelasin ke saya, Amanda.”

Johannes menatap mata Amanda lekat lalu mendekatkan dirinya dengan tubuh Amanda, bahkan jarak mereka bisa diukur dengan penggaris kalau kata Tama. Dengan jarak sedekat itu dan tatapan Johannes yang sudah ingin memakan orang, siapapun pasti akan takut. Lelaki itu sudahlah besar semakin besar saja, Amandapun ciut.

“Aku tadi habis ini, ngebersihin kotoran yang ada di muka rekan kerjaku. Kita beneran cuma rekan kerja, mas.”

“Omong kosong. Selama saya ada di lingkup kerja, saya tidak pernah tau ada rekan kerja yang ngebersihin kotoran rekan kerja lainnya pakai bibir, Amanda.”

“M-mas... Aku-” Amanda tiba-tiba memeluk Johannes, ia bingung harus bagaimana lagi supaya Johannes percaya dan baginya sentuhan dari dirinya akan membuat Johannes melunak.

Tetapi, Johannes tetaplah Johannes. Lelaki itu hanya perlu bukti yang ada di depan mata. Ketika bukti itu benar-benar ada di depan matanya, maka ia akan percaya dan tidak percaya semua ucapan yang keluar dari mulut Amanda.

“Saya kecewa, Amanda.”

Johannes melepaskan pelukan Amanda lalu mendorong tubuh wanita itu, kemudian Johannes meninggalkan tempat tersebut bahkan ia tak lagi menatap mata Tama yang ada di belakangnya.

Johannes lari menuju mobilnya lalu memukul setiran mobil miliknya kencang dan meremas kepalanya.

Ia sudah percaya dengan orang yang salah.

Setelah ini, ia harus apa?

Tama yang melihat Amanda terduduk di sofanya sambil memijat pelipisnya langsung tersenyum kecil lalu Nesya mendekat dan berdiri di sebelah Tama.

Amanda langsung berdiri dan menunjuk wajah Nesya, “Jadi lo kerjasama sama ini orang, Nesya?!”

“Man, gue udah bilang sama lo pake cara yang baik, tapi lo selalu begini. Gue begini juga buat lo Amanda. Udahan Man, pilih satu, jangan semuanya mau lo bawa. Mereka manusia.” Nesya menghela nafas sedangkan Amanda kembali meremas kepalanya frustasi.

Tama tersenyum kecil melihat kearah Nesya ia berhutang pada wanita itu lalu pergi meninggalkan tempat dan masuk ke dalam mobil Deon, menemui Deon, Anan, dan Arga yang sudah menunggu dirinya di sana.

“Pasti lo berhasil ya Tam?” Tanya Arga setelah Tama masuk ke dalam mobil.

Tama mengangguk lalu menyenderkan tubuhnya sambil menatap jalanan.

“Gue tadi liat Johan keluar, mukanya bener-bener ngga bisa di definisikan lagi.” Tambah Arga, Tama hanya diam.

“Dia pasti tau, dia udah salah pilih orang yang bisa di percaya, Ga.” Celetuk Deon dan Arga hanya mengangguk setuju.

“Tam, ikut gue ya?”

“Kemana, Ga?”

“Ikut gue dulu aja, nanti lo tau kita kemana..”

Mendengar ucapan Arga, selain menurut apa lagi yang bisa Tama lakukan. Suara Arga juga terdengar serius.

“Yon, Nan, gue nitip Nesya ya tolong anterin si Nesya.”

Deon dan Anan mengangguk kemudian Tama dan Arga keluar dari mobil Deon dan menuju mobil Arga.

Sesampainya Arga dan Tama di mobil Arga, Tama hanya diam menatap jalanan kosong. Bahkan sudah sepuluh menit perjalanan, Tama sama sekali tidak membuka percakapan.

“Tam, lo udah melakukan yang terbaik.”

Tama mengangguk.

“Gue bingung Ga. Tadi sebelum Johannes pergi gue sempet liat mata dia, matanya bener-bener kayak orang yang bingung harus apa, dia linglung banget.”

Arga paham, ngga cuma Tama, Arga sebagai teman dekat Johannes sejak dulu juga ikut khawatir sedikit dengan Johannes setelah melihat raut wajah Johannes tadi.

“Gue ngga bisa banyak ngasih saran Tam. Kedepannya, semua balik ke lo. Pilih apa yang terbaik buat diri lo sendiri.”

Tama mengangguk kecil mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Arga.

Ia harus menuntukan pilihannya kedepan untuk dirinya sendiri.

Entah memaafkan Johannes atau pergi meninggalkan Johannes yang berarti ia juga akan meninggalkan Evano.


@roseschies