Restoran
Hari ini Tama memutuskan untuk membuntuti Johannes dari kejauhan.
Dan sampailah Tama di sebuah restoran di mana Johannes sedang menarik bangku lalu mempersilahkan wanita yang ada di depannya untuk duduk di sana.
Tama ingin muntah melihat wajah Johannes yang seperti anak abg sedang jatuh cinta. Menggelikan.
Tama curiga sebenarnya Johannes diberi love potion oleh wanita itu.
Oke, lupakan.
Tama kembali melihat kearah wanita yang ada di depan Johannes.
Cantik. Anggun. Tipe wanita yang akan disukai oleh banyak pria di luar sana. Pantas saja Johannes sampai menentang dan tidak rela melepas wanita itu.
Jika dilihat dari luar, wanita itu terlihat wanita yang sangat baik, terlihat dari bagaimana wanita itu sesekali mengelus pelan tangan Johannes yang bahkan Tama sama sekali belum pernah memegang tangan tersebut — Selain ketika Johannes mabuk, bahkan wanita itu sesekali mengelus lembut pipi milik Johannes.
Johannes juga beberapa kali terkekeh dan tertawa ketika berbicara dengan wanita yang ada di depannya, lembut sekali seperti pantat bayi. Bahkan Tama tidak tau jika Johannes benar-benar ada sifat yang seperti ini.
Berbeda dengan Tama yang rasanya terlalu bar-bar untuk Johannes.
Sebentar....
Tama, ini bukan waktunya lo buat bandingin diri lo sama tu cewek. Batin Tama mengingatkan kembali isi pikirannya untuk kembali fokus.
Tama terlalu fokus melihat kegiatan keduanya sampai sampai ia bengong dengan buku menu yang ada di depannya.
“Jangan terlalu sus, Tama. Ayo pura-puranya lo lagi makan juga disini. Anjirlah ini makanan mahal amat, si Johan duitnya lari ke perut tu cewe doang apa gimana?” Tama bermonolog sambil membulak-balikkan buku menu tersebut.
Matanya masih tidak bisa lepas dari pandangan dimana sekarang Johannes sedang mengelap pinggir bibir wanita tersebut. Bukannya sakit yang dirasakan Tama, ia merasa geli. Johannes????? Ia seperti manusia yang kesurupan, berbeda sekali.
Terlalu fokus memerhatikan mereka, Tama tidak sadar kalau wanita tersebut sadar akan kehadiran Tama di sana.
Tama langsung menatap kesembarang arah dan kembali menatao buku menu yang sejak tadi ia belum juga memutuskan mau beli makanan apa.
Wanita tersebut seperti memberi tahu pada Johannes bahwa ada seseorang yang memerhatikan mereka membuat Johannes langsung melihat kearah dirinya.
Beruntung punya tubuh kecil, ketutup satu buku menu. Aman, pikir Tama.
Tidak, tidak jadi aman.
Johannes tiba-tiba berdiri dari tempatnya lalu berjalan menuju tempat duduknya.
Johannes menarik lengan Tama kencang membuat Tama sedikit memekik kesakitan.
“APAANSIH?!” Tama berteriak kesakitan lalu menarik tangannya dari cengkraman Johannes.
Tanpa menjawab ucapan Tama, Johannes kembali menarik tangan Tama lalu membawa lelaki itu menjauh dari wanita tersebut.
“LEPASIN GUE! SADAR DONG TENAGA LO TUH KUAT!” Tama kembali menarik tangannya lalu terlepas dari cengkraman kuat Johannes.
Johannes menatap Tama dengan tatapan tidak suka, “Kamu tidak sopan, Adhitama.”
“Ngapain kamu sampai ngikutin saya? Saya juga punya privacy.”
Tak menjawab ucapan Johannes, Tama menunjuk wanita yang tadi bersama Johannes menggunakan matanya, “Oh, itu wanita yang dimaksud?”
“Kamu pulang sana. Jangan buat keributan di sini, Adhitama.” Johannes mengusir Tama dari restoran tersebut tetapi yang diusir hanya berkacak pinggang.
Dengan lantang Tama berteriak sampai hampir seisi restauran menatap kearahnya, “Harusnya dia malu udah ngerebut suami orang!”
“ADHITAMA.” Johannes menampar wajah Tama sedikit kencang sampai meninggalkan kemerahan di pipi putih milik Tama.
“TAMPAR GUE TERUS TAMPAR! Harusnya lo malu Johan!”
Tama langsung membalikkan tubuhnya menuju meja yang sebelumnya ia duduki lalu mengambil tasnya, ia tak lupa memberi tip tanda permintaan maaf pada restoran tersebut karena sudah menimbulkan sedikit keributan.
“JOHANNES BRENGSEK PRADIPTA.”
Tama mencatat dan mengingat wajah wanita tersebut, tetapi ia lupa, ia hanya tau wajah, bagaimana caranya ia bisa mengetahui seluk beluk wanita tersebut.
@roseschies