Rumah Papa


“GRANDMAAA GRANDPAAA!!!” Sesampainya Tama, Sabil, dan Johannes di kediaman Papa Johannes, Sabil langsung berlarian dan berteriak memanggil kakek neneknya itu yang sedang mengobrol.

Mama yang mendengar suara Sabil langsung melihat kearah sumber suara dan tersenyum sambil merentangkan kedua tangannya, menangkap Sabil dan menggendongnya, “Halo Sabil!”

“Loh Sabil, Papa sama Papi kemana sayang?”

Sabil menunjuk Tama dan Johannes yang sedang berjalan, “Itu grandma.”

Papa tersenyum senang melihat Tama dan Johannes berdiri berdua sebelahan, apa rencana dia berhasil?

Papa langsung memeluk dan menjabat tangan Tama dan Johannes bergantian lalu menepuk pundak Johannes, “Anes, gimana kabarnya?”

“Baik Pa.” Johannes menjawab seadanya tanpa ekspresi wajah yang memperlihatkan bahwa dia bahagia bahagia saja. Terlalu datar.

“Tama, gimana nak kabarnya?”

Tama menjabat tangan Papa, “Baik Pa. Papa gimana kabarnya?”

Papa tersenyum dan melirik sebentar kearah Johannes, “Baik kok. Ayo makan sini.”

Papa mengajak Johannes dan Tama untuk masuk ke dalam sedangkan Sabil sudah asyik mengobrol dengan Mama atau neneknya Sabil.


Johannes pamit izin untuk ke kamar lamanya, katanya ingin mengambil barang yang tertinggal. Nyatanya lelaki itu langsung menelpon seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Amanda.

Sedangkan Tama asyik mengobrol banyak hal dengan Mama, ia sangat merindukan Mamanya. Biasanya hari-hari Tama hanya diisi oleh canda tawa dengan Mama, sekarang hari-harinya hanya diisi oleh makian demi makian untuk Johannes.

Kalau Sabil tentu bersama dengan Grandpanya. Mereka sedang di taman belakang, menikmati kicauan burung milik Papa.

Grandpa,”

“Kenapa Sabil?”

“Papa kenapa jarang di rumah ya grandpa?”

Tanpa menjawab pertanyaan Sabil, Papa semakin memasang kupingnya mendengar cucunya ini sedang mengadu pada dirinya tentang Johannes, anaknya.

Grandpa, Papa engga suka ya sama Sabil? Papa engga suka ya kalau Sabil ada di rumah?”

Ucapan Sabil membuat Papa tau, kalau ternyata Johannes sama sekali tidak berubah setelah adanya Sabil. Johannes, anaknya masih sama seperti sebelumnya.

Papa menepuk pahanya, “Sini, Sabil duduk dipangkuan grandpa.”

Sabil menggeleng, “Kasihan grandpa, Sabil beraatt.”

Namun Papa tidak mendengar ucapan itu, Papa langsung menarik pelan tubuh Sabil lalu mendudukkan tubuh Sabil dipangkuannya dan mengelus surai lembut milik Sabil.

“Sabil. Papa Sabil mungkin lagi sibuk sama kerjaannya.Maaf ya harus ninggalin Sabil terus. Engga kok, Papa pasti suka sama Sabil.”

“Papi juga bilang begitu ke Sabil, grandpa.”

Papa mengangguk, ia tahu, menantunya itu memang paling bisa diandalkan.

“Uhuk— Sabil, sebentar ya, Sabil ke Papi dulu gih, Uhuk—” Papa menyuruh Sabil untuk masuk ke dalam, pelan-pelan Papa menahan batuknya agar tidak mengenai Sabil.

Grandpa kenapa? grandpa sakit??” Tanya Sabil menatap Papa khawatir, Papa hanya menggeleng lalu menutup mulutnya dan kembali menyuruh Sabil masuk ke dalam.

Sabil langsung lari menuju Tama yang sedang duduk di sofa bersama Mama.

Sabil menarik kemeja yang digunakan Tama, “Papi, grandpa sakit Papi... Grandpa batuk batuk.”

Tama mengelus pelan surai Sabil lalu menyuruh anaknya untuk duduk disebelah Mama sedangkan dirinya mendekat kearah Papa.

Papa masih batuk batuk seperti tadi namun terlihat ditutupi.

“Pa?”

Papa sedikit tersentak setelah mendengar suara Tama.

“Papa sakit?”

Papa menggeleng, “Ngga kok, ini cuma batuk batuk aja. Kayaknya sakit tenggorokan biasa. Nanti Papa minum obat.”

“Mau Tama ambilin Pa?”

Papa menggeleng lagi, “Ngga usah nak. Papa bisa kok. Yuk masuk ke dalam. Anes, masih di kamarnya?”

Tama mengangguk.

Akhirnya Papa dan Tama masuk ke dalam rumah berdua dan ternyata Johannes sudah turun dan sedang duduk di meja makan sambil meneguk minumannya.

“Pa, Anes pulang ya??”

Papa mengangguk, “Yasudah.”

Johannes menatap Tama mengajak suaminya itu pulang, Tama hanya mengangguk patuh.

“Yuk sayang, kita pulang.” Ajak Tama membuat Sabil langsung mengangguk dan berdiri dari duduknya lalu melambaikan tangannya kearah grandpa dan grandmanya.

Johannes, Tama, dan Sabil akhirnya pulang setelah beberapa jam bermain di rumah Papa.


@roseschies