Rumah Sakit
Setelah sampai di rumah sakit, Tama dengan Sabil yang ada di gendongannya bersama Mama langsung menuju ruangan yang sudah Arga beritahu sebelumnya.
Sesampainya di ruangan tersebut, Tama langsung mendekat ke tubuh kaku Papa Johannes yang sudah menutup matanya dan suara detak jantung yang sudah mati langsung masuk menyapa indera pendengaran Tama.
Sabil turun dari gendongan Papanya dan hanya menatap tubuh terbaring milik grandpanya itu.
Tama dan Mama menangis melihat tubuh kaku dan dingin milik Papanya Johannes. Meskipun mereka tidak terlalu dekat, tetapi mereka tau, Papanya Johannes adalah orang baik penuh kasih sayang bahkan ke Tama juga Mama.
“Grandpa ganteng Pi, grandpa lagi bobo ya Pi?”
Mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Sabil, Tama semakin menangis, anaknya ini benar-benar tidak tahu apa-apa.
“Papi kenapa nangis? grandpa kenapa? Papi, tangan grandpa dingin banget Papi...” Sabil menyentuh tangan milik grandpanya itu, terlalu dingin bersentuhan dengan tangan sabil yang hangat.
“Sabil sayang, sini cium tangan grandpa.”
Sabil menatap Tama lalu Tama mengangguk, Sabil mencium tangan grandpanya yang dingin itu lalu memegang tangan tersebut, “Grandpa? Grandpa kok ngga bangun? Biasanya kalau Sabil kelitikin telapak tangannya grandpa bangun.. Papi, grandpa hiks- grandpa kenapa?”
Sabil menangis dengan tangannya yang masih berusaha menggelitiki telapak tangan grandpanya itu, ia menangis meskipun Sabil ngga tau apa yang terjadi pada grandpanya.
Tama memeluk Sabil dan mengelus surai milik Sabil, seingat Tama, Papanya Johannes lah yang pertama memilih Sabil.
“Grandpa udah ngga lagi ngerasain sakit, grandpa udah di tempat yang lebih indah sayang.”
“Grandpa sakit? Grandpa bangun ayo main sama Sabil lagi...”
Sabil menggoyangkan lengan grandpanya itu membuat Mama langsung berbisik kearah Tama untuk membawa Sabil keluar.
“Kabarin Johan, sayang.”
Ohiya Johannes, Tama hampir saja lupa.
Tama membawa Sabil dengan alasan akan membelikannya minuman dan roti, akhirnya keduanya turun kebawah membeli minum dan roti kemudian kembali ke ruangan tersebut namun mereka duduk di depan ruangan.
Tama sama sekali tidak melihat keberadaan Arga di luar, sepertinya Arga ada di dalam bersama Mama.
Tama langsung mengambil ponselnya untuk mengabari Johannes, semoga anak itu sudah menyalahkan ponselnya.
@roseschies