Sebuah penantian

— johnten mpreg au


Ten mengelus perutnya yang sudah sangat besar itu. Kehamilannya sudah menginjak di bulan ke-9, dimana bulan-bulan inilah sang bayi sudah ingin memberontak untuk keluar dari dalam perutnya.

“Jo, perut aku gede banget masa.” Adu Ten berlari kecil sambil memegangi perutnya pada Johnny yang sedang memasak di dapur untuk sarapan keduanya.

“Iya gede dong sayang perutnya. Kan di dalemnya ada bayi, serem kalau yang gede malah tangan kamu, masa janinnya di tangan.” Lelucon aneh Johnny membuat dirinya mendapatkan hadiah pukulan di lengannya dari Ten.

“Ngawur kamu ah Jo! Eh- Kamu lagi masak apa Jo?” Intip Ten dari belakang tubuh Johnny melihat suaminya itu sedang membalikkan sebuah telur dadar di penggorengan.

“Telur, kamu mau apa lagi sarapannya? Aku cuma sediain roti sama telur, susu juga buat kamu.” Tawar Johnny kemudian menyiapkan dua piring dan dua gelas untuk dirinya dan Ten.

Ten menggeleng kemudian membawa dirinya duduk di meja makan menunggu Johnny selesai memasak untuk dirinya, “Enggak usah. Itu aja, makasih ya Jo.”

Sebenarnya Ten ingin membantu, tetapi semenjak kehamilannya menginjak bulan ke-8, Johnny selalu melarang ini itu pada Ten. Johnny benar-benar tidak ingin Ten melakukan banyak hal berat, karena pikirnya takut tiba-tiba bayinya brojol. Terserah.

Tak lama kemudian, Johnny membawa nampan yang berisi 2 piring dan 2 gelas lalu menaruhnya di atas meja makan, dan Ten membantu untuk memindahkan piring dan gelas tersebut.

“Yuk, makan yang banyak sayang.”

Kemudian keduanya makan dengan lahap.

“Gimana perutnya? Ada yang di rasa nggak?” Tanya Johnny pada Ten setelah menghabiskan sandwichnya itu.

Ten menggeleng, “Enggak sih, dia makin jarang bereaksi dan nendang-nendang.”

“Udah capek kali dia udah keseringan nendang muter-muter.” Ucap Johnny, karena beberapa kali janin di dalam perut Ten selalu beputar-putar kadang kepalanya ada di atas, ada di samping kanan, besoknya udah ada di bawah, besoknya lagi udah di kiri.

Johnny curiga, anaknya lahir gedenya bakal sepetakilan apa, mengingat dari jaman Ten ngidam pun sudah banyak keanehan yang ada pada calon anaknya ini.

Bagaimanapun juga, anaknya dinyatakan sehat kok. Ten ini memang pintar merawat diri dan juga anak di dalamnya, dan Johnny yang juga suka bawel jika Ten terkadang malas-malasan untuk melakukan beberapa kegiatan rutin untuk orang hamil.

OH! Jenis kelamin anaknya juga sudah terlihat. Ya, betul sekali laki-laki. Sebenarnya terlihat dari beberapa kali ngidam Ten yang sangat suka makan, apalagi masakan asin. Terkadang Johnny harus melebihkan garam yang dipakai karena beberapa kali Ten bilang makanan yang dibuat Johnny terlalu hambar padahal bagi Johnny ini sudah asin dan berujung akhirnya Johnny memasak makan makanan yang terlalu asin bagi dirinya.

Setelah kejadian itu, Johnny coba untuk mencari-cari di google, dan ternyata jika hamil laki-laki ngidamnya seperti itu. Pada awalnya Johnny tidak percaya, tapi setelah cek dan sudah terlihat jenis kelaminnya, ternyata benar jenis kelamin calon anaknya itu laki-laki. Dan menjadi salah satu alasan juga mengapa Ten merasa bahwa perutnya sangat besar.

“Jo, aku boleh minta tolong?” Tanya Ten setelah merapihkan bekas makannya dan dijadikan satu agar Johnny mudah untuk menaruh piring serta gelas tersebut ke tempat cuci piring.

“Mau apa?”

“Mau mandi berendam air hangat sama kamu di bathtup, boleh?”

Johnny mengangguk, “Iya boleh, kalau gitu aku siapin dulu ya? kamu mau tiduran dulu?”

Ten mengangguk, “Perut aku agak sakit, aku tiduran dulu ya Jo?”

Memang beberapa kali terkadang Ten merasakan perutnya seperti nyeri dan sakit, Johnny pun beberapa kali ikut panik. Tapi akhirnya dia bertanya dan juga mencari-cari informasi. Katanya, memang itu tanda-tanda menuju tanggal kelahiran, dan Johnny juga sudah diberitahu bahwa tanggal kelahiran Ten sudah dekat maka dari itu Johnny juga sudah menyiapkan berbagai macam perlengkapan.

Jika berbicara mengenai barang-barang untuk calon anak, Ten dan Johnny sudah menyiapkan jauh-jauh hari sebelum Johnny melarang Ten untuk melakukan kegiatan berat.

Akhirnya Johnny menyiapkan air hangat untuk dirinya dan Ten sedangkan Ten tiduran di kamar, merebahkan perutnya dan mengelus perutnya sambil mengatur pernapasannya itu.

Semakin dekat dengan tanggal lahirannya, Ten malah semakin gugup dan beberapa kali ia merasa napasnya semakin susah. Padahal Johnny sudah bilang untuk tetap rileks dan jangan dibawa stres tapi bagaimanapun Ten semakin kepikiran.


Belakangan Ten mulai merasakan kontraksi palsu pada perutnya. Biasanya Johnny akan panik, tetapi untungnya dokter sudah terlebih dahulu menjelaskan pada Johnny jika Ten merasakan kontraksi palsu hal-hal apa saja yang harus dilakukan oleh Johnny.

Ten beberapa kali meringis sambil memegang perut bawahnya saat merasakan nyeri sesaat.

“Masih sakit? Diatur dulu napasnya sayang.” Ucap Johnny sambil membantu Ten mengubah posisi, sedangkan Ten mencoba untuk terus mengatur napasnya sampai dirasa nyerinya semakin lama menghilang dan lanjut mandi dengan air hangat.

Setelah Ten selesai mandi air hangat, Johnny membantu Ten menggunakan pakaiannya lalu membantu Ten untuk kembali beristirahat di kasur.

“Jo, anaknya mau kamu namain siapa?”

Keduanya saat ini sedang tidur bersama dengan Johnny yang merangkul Ten sambil mengelus perut milik Ten, keduanya sangat menanti kehadiran calon anak pertamanya ini.

“Hmm, kamu kepikirannya siapa?”

“Belum kepikiran, aduh siapa ya Jo. Masa anak kita nggak punya nama nanti, kan kasian pas lahiran dipanggil tanpa nama.”

“Yaudah nggak perlu dipikirin berat-berat Ten, kamuloh nggak boleh banyak pikiran. Nanti aku pikirin ya namanya siapa.”

“Kamu namainnya yang bener Jo!”

“Yaampun iyaloh, masa aku namain nama anakku sendiri main-main.”

“Kemarin aku udah kepikiran mau namain anakku yang cocok buat keluarga kecil kita.” Lanjut Johnny

“Apa?”

“Jadi arti namanya itu secara alamiah mendatangkan uang. Siapa tau dengan adanya dia bisa jadi berkah buat keluarga kecil kita.”

“Hah? Apa namanya tuh?”

“Ada deh, dah kamu tidur aja istirahat ya sayang

Kemudian Johnny mengecup kening Ten sedangkan Ten mengangguk patuh lalu menutup matanya, keduanya menjemput mimpi masing-masing sambil memikirkan si “secara alamiah mendatangkan uang” alias calon anaknya itu.


Saat ini Johnny sedang duduk di depan ruangan bersama Yuta dan Jaehyun yang baru saja datang untuk menemui Johnny. Ketiganya berada di rumah sakit di mana Ten akan melaksanakan persalinan untuk melahiran anak pertamanya itu.

Yuta dan Jaehyun lagi-lagi menjadi sasaran empuk Johnny. Tetapi setelah keduanya melihat muka lelah dan gugup Johnny keduanya iklas kok jadi sasaran direpotkan oleh Johnny.

Bahkan Johnny sepertinya belum tidur dari kemarin karena dirinya benar-benar menjaga Ten.

“Lo jangan panik Jo, kalau lo panik nanti Ten malah ikut kepikiran.” Ucap Jaehyun sambil menenangkan temannya ini.

Yuta mengangguk setuju, “Lo sendiri yakinin diri lo kalau Ten itu kuat. Pasti nggak ada halangan kok. Berdoa terus buat Ten dan calon anak lo.”

Johnny mengangguk sambil berdoa, mendoakan Ten dan calon anaknya.

“Lo bakal masuk kan nemenin Ten?” Tanya Yuta dan Johnny mengangguk.

“Iya lah, mau gimanapun gue harus tetep nemenin Ten. By the way thanks ya udah mau dateng kesini.”

“Santai Jo, lagi pula gue nungguin ponakan gue yang ganteng itu” Ucap Yuta dan Jaehyun bagian mengangguk setuju. Ya keduanya memang sudah tau kok jenis kelamin calon anak Johnny karena setelah Johnny tau jenis kelamin calon anaknya itu, Johnny langsung bercerita panjang lebar ke Yuta dan Jaehyun.

“Eh, Gue masuk lagi ya? dikit lagi udah mau persalinan. Sorry gak bisa lama-lama bareng lo berdua.”

“Gapapa Jo, lo emang harusnya nemenin Ten persalinan di dalem. Gue sama Jaehyun nungguin di sini ya.”

Johnny mengangguk kemudian lari kembali ke dalam ruangan persalinan Ten karena waktunya sudah semakin dekat dan ia harus ada di sebelah Ten terus menerus.

Setelah Johnny masuk lagi kedalam ruangan, akhirnya tinggal lah kedua lelaki ini yang diam-diam ikutan gugup menunggu keponakan pertama mereka.

“Kok lama ya Yut?” Tanya Jaehyun tiba-tiba membuat Yuta memukul lengan Jaehyun kencang.

“Johnny baru masuk lima menit lalu ya anjing, lo pikir Ten super hero apa lahirannya sekali mengejan langsung keluar itu bayi utuh.”

“Hehehe, ikutan panik gue anjir Yut. Gak kebayang kalau nanti-nanti gue yang jadi Johnny.”

“Iya sih, kelahiran pada lelaki lebih rentan dibanding wanita biasanya.”

“Kenapa ngomong gitu sih anjing jadi makin panik ini gue.”

“Kok lo nggak percayaan sih sama Ten. Udah ah anjir, beli minum dulu lah kita biar jernih ni otak nggak panikan mulu bawaannya.”

Yuta menarik tangan Jaehyun membuat Jaehyun tertarik dari duduknya dan akhirnya kedua lelaki itu mampir sebentar ke alf*mart yang berada di lantai bawah rumah sakit.

Setelah membeli minuman keduanya kembali naik lalu duduk kembali di tempat duduk yang sebelumnya mereka duduki itu.

“Kok belum kelar juga ya Yut? Lama banget....” Tanya Jaehyun lagi membuat Yuta yang sebelumnya tidak sepanik itu sekarang jadi ikutan panik.

Yuta menggeleng, “Enggak tau Je, berdoa aja deh semoga semuanya dilancarkan.”

Akhirnya Yuta dan Jaehyun menunggu lumayan lama.

Bahkan terasa lama, entah sudah berapa lama mereka menunggu di sana.

Tangan keduanya sudah sangat berkeringat memikirkan bagaimana lelaki mungil di dalam sedang berjuang antara hidup dan mati demi mengeluarkan anaknya itu.

Bagaimanapun, keduanya tidak bisa banyak membantu dan hanya bisa menunggu di sana sambil berdoa.

Semoga semuanya, baik-baik saja.


@roseschies.