Si Mulut Pedas


Pagi ini Tama bangun dari tidurnya secara tidak terhormat. Tiba-tiba saja tubuh Tama terasa didorong membuat lelaki itu tersentak dari tidurnya.

Tama membuka kedua matanya pelan kemudian melihat kebelakangnya dimana Johannes sedang melihat kearahnya dengan tatapan tidak suka.

“Ada apa sih masih pagi.” Ucap Tama sambil memandang Johannes sebal karena pinggangnya yang tiba-tiba didorong.

“Kamu ngapain peluk peluk saya?!” tukas Johannes kemudian ia berdiri di samping kasurnya sambil masih menatap Tama tidak suka.

Tama memutarkan bola matanya kemudian duduk di kasur, kembali menatap Johannes.

“Lo tuh yang meluk gue! Kenapa? Enak kan meluk gue?? Baru tau lo.” Tama mencibir Johannes sedangkan yang dicibir tidak percaya bahwa dirinya yang memeluk lelaki mungil itu.

“Adhitama. Kamu ngga sopan sama suami kamu.”

“Sopan sopan, hih lo ngomong gitu suka ngaca nggak sih?”

“Adhitama.” Tegas Johannes membuat Tama mendengis kesal. Terserah, ia tidak ingin membuang tenaganya dipagi hari yang cerah ini meskipun sudah terlihat suram.

Tama kembali menidurkan tubuhnya di kasur lalu mengambil ponselnya, membiarkan Johannes yang sedang ke toilet entah untuk apa Tama tidak peduli.

Tak lama kemudian Johannes keluar dari kamar mandi lalu menatap Tama yang masih cekikikan dengan ponselnya.

“Adhitama.”

“Adhitama.”

Panggilan kedua Tama belum juga menjawab panggilan Johannes membuat Johannes mendekat kearah Tama yang masih sibuk dengan ponselnya, bertukar pesan sama dua temannya.

“Adhitama. Kamu ini begini ya ternyata.”

“Apaansih Mas??!”

“Kamu bukan suami yang baik. Kenapa kamu masih tiduran dan mainan ponsel bukannya nyiapin makanan buat saya?”

Ucapan Johannes membuat Tama menatap Johannes aneh.

“Itu tugas kamu Adhitama. Untuk apa kamu di rumah ini kalau hanya tiduran dan bermain dengan ponselmu?? Rumah ini bukan hotel. Saya suami kamu.”

Sedangkan Tama udah bernyenye ria, dasar orang gila banyak mau. Giliran begini, bisa bawa bawa suami kamu suami kamu.

Tama tidak membuka mulutnya sama sekali lalu langsung keluar dari kamar untuk menyiapkan makanan dirinya dan Johannes.

“Tai lo tai. Lo juga suami gue, dasar orang aneh!” Teriak Tama sampai menggema diseisi lorong rumah yang sedang ia lewati.

Sedangkan Johannes yang sedang berjalan tidak jauh dari Tama langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. “Adhitama, saya dengar.”

“Bagus lah, gue kira lo udah tuli atau pendengaran lo rusak kayak akal sehat lo, rusak.”

Tiba-tiba saja tangan Tama ditarik oleh Johannes membuat lelaki itu limbung dan tak sengaja setengah memeluk Johannes.

“Saya nggak suka dengar kamu berbicara sekasar itu, Adhitama. Yang sopan.”

Lengan Tama dicengkram keras oleh Johannes membuat lelaki mungil itu meringis kesakitan.

Johannes itu sadar nggak sih tenaganya besar sekali.

“Sakit. Lepas!” Ucap Tama lalu menarik lengannya sampai terlepas dari cengkraman Johannes dan meninggalkan kemerahan disekitarnya.

Sebelum Tama melanjutkan jalannya menuju meja makan, Tama kembali membalikkan tubuhnya lalu menunjuk Johannes tepat di wajah lelaki itu.

“Denger ya, Johannes. Sebelum lo ngomongin tentang sopan santun, sebaiknya lo nilai diri lo sendiri, apa lo udah sesopan itu ke orang lain? Terutama gue, SUAMI LO. JOHANNES.”

“ADHITAMA.”

Tama langsung mempercepat langkahnya menuju meja makan meninggalkan Johannes yang sepertinya semakin jengkel dengan lelaki mungil itu.


Sepasang suami itu dengan khidmat memakan makanan masing-masing di meja makan tanpa suara sedikit pun. Bahkan hanya terdengar dentingan sendok dan piring yang terdengar nyaring mengisi seisi meja makan.

“Ini kamu yang masak?” Tanya Johannes setelah membalikkan garpu dan sendoknya diatas piring tanda ia sudah selesai makan.

Tama mengangguk, lelaki itu masih sibuk memakan makanan miliknya.

“Rasanya biasa saja.” Ucap Johannes lalu bangun dari duduknya mengambil ponselnya dari saku celana kemudian mengangkat telepon yang masuk di ponselnya dan meninggalkan Tama yang sudah membidik sasaran pisau yang tepat dengan sasarannya, Johannes.

“Biasa aja biasa aja, tapi abis. BILANG MAKASIH KEK LO WOI. ASTAGA BOTAK GUE LAMA LAMA. AWAS AJA GAK GUE MASAKIN BESOK BESOK BIARIN LO MATI KELAPERAN!!!!!” Teriak Tama menggema namun Johannes sudah lebih dulu berada di ruangan lain, menerima panggilan dari seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Amanda.

Bener. Mulut pedes Johannes, sangat mirip dengan mulut pedes Evano.


@roseschies.