Temenin

—Johnten oneshot! AU—

Johnny as Ketua Bidang Ten as Anak Magang

Warn! lil bit 🔞


“Eh, lo udah denger belom? Katanya beberapa hari lalu pak Johnny kan ngelembur di kantor sendirian, terus katanya pak Johnny ngeliat orang gitu di koridor ruangan kita. Padahal, pak Johnny sendirian.” Ucap Doyoung mengawali cerita mistis mengenai ruangan tempat ketiga orang yang sedang berkumpul di kantin ini magang.

Ten, Doyoung, dan Kun merupakan anak magang di salah satu bidang di sebuah kantor yang bisa dibilang lumayan besar.

Doyoung memang seorang social butterfly, diantara ketiga orang ini, hanya Doyoung yang sering atau lebih up to date mengenai banyak hal di internal bidang.

“Kata siapa lo Doy? pak Johnny halu karena kecapean kali.” Sambar Ten, Ten memang tidak percaya hal mistis.

“Gue tadi nguping pak Jaehyun sama pak Yuta cerita di ruangan. Gak nguping juga sih, lagian mereka cerita kenceng banget ya gue denger.” Ucap Doyoung sambil mengunyah camilannya itu.

“Lah, kan dari ruangan pak Johnny gak akan bisa ngeliat koridor ruangan kita?” Tanya Kun menyambar dan mengikuti obrolan.

Di ruangan bidangnya ini memang Kepala Bidang memiliki ruangan tersendiri meskipun masih menyatu dengan ruangan staff lainnya.

Bedanya, tempat untuk Kepala Seksi seperti Jaehyun, Yuta, dan Taeil benar-benar menyatu dengan ruangan hanya memiliki sekatan agar terlihat memisah dengan meja-meja staff lainnya.

“Yang gue denger lagi, pas itu pak Johnny mau ke pantry di ruangan buat ngambil camilan yang ada di pantry.” Jawab Doyoung kemudian meneguk air mineral dari botol yang baru saja ia beli tadi.

“Lagian kenapa deh pak Johnny gak minta temenin staffnya? Padahal staff dia lumayan banyak.” Ucap Ten bertanya-tanya. Lagian yang Ten tau, staff di bidang ini ada sekitar 15 orang, kan Ten jadi penasaran kenapa kepala bidangnya itu gak minta temenin salah satu staffnya?

Kedua orang itu menggedikkan bahunya tanda mereka juga gak tau.

“Udah jam 1, yuk balik keruangan aja. Takut dicariin,” Ajak Kun, kemudian ketiga anak magang ini membersihkan barang bawaan serta sampah tanpa meninggalkan jejak di tempat mereka makan kemudian berjalan menuju ruangan mereka yang berada di lantai 4.

Sesampainya mereka di ruangan, Ten dikejutkan oleh salah satu ketua seksi yang memanggil dirinya setengah berteriak.

“Ten!” Panggil Taeil, salah satu ketua seksi kemudian menyuruh Ten untuk masuk keruangan Taeil.

Ten mengangguk sopan kemudian mengetuk ruangan yang sebenarnya tidak di pintu itu. Jadi, Ten mengetuk di dinding yang terbuat dari triplek, “Permisi pak, ada apa ya?”

“Sini masuk Ten, duduk duduk.” Pinta Taeil lalu menunjuk tempat duduk kosong tempat di depan mejanya.

Ten duduk dengan sopan di depan meja Taeil kemudian menyimak Taeil dalam diam.

“Kamu hari ini ada kegiatan gak ya habis kerja?” Tanya Taeil sambil mengetik entah apa di komputernya itu.

Ten menggeleng, “Gak ada pak, kenapa gitu pak?

Good! Saya, Jaehyun, dan Yuta gak bisa lembur di sini. Tadinya Johnny minta temenin kita tapi kebetulan kita lagi gak bisa, minta staff pun Johnny gak mau. Bisa gak ya kamu temenin Johnny lembur hari ini?” Ucap Taeil menjelaskan apa maksud dia memanggil Ten saat ini.

Ten terkejut, kenapa juga harus dia yang hanya anak magang menemani ketua bidangnya lembur di ruangan?

“Oh, iya gak apa pak. Tapi, kenapa saya ya pak?” Tanya Ten sopan, ia 'kan penasaran juga.

“Gak tau tuh, Johnny maunya kamu.” Ucap Taeil kecil, hampir seperti menggumam namun Ten tetap mendengar.

“Eh? maksudnya pak?” Tanya Ten lagi memastikan.

“Eh! Gak apa Ten, tapi kamu bisa kan temenin Johnny hari ini ngelembur?”

Ten mengangguk, “Iya bisa pak,”

“Terima kasih ya Ten. Nanti biar saya bilang ke Johnny. Boleh lanjut kerjaan kamu, Ten.” Ucap Taeil kemudian menyuruh Ten untuk keluar dari ruangannya dan melanjutkan kerjaan yang belum selesai.

“Baik, Terima kasih banyak pak Taeil,” Ten berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan menuju tempat kerjanya yang tak jauh dari ruangan Taeil.

Ia duduk diantara Doyoung dan Kun.

“ada apaan Ten?” Tanya Kun sambil berbisik dan menarik tempat duduknya mendekati meja kerja Ten.

Ten menggeleng, “Gak ada, gue cuma disuruh nemenin pak Johnny ngelembur nanti. Kayaknya cerita Doyoung tadi bener. Tapi, kenapa gue jir?”

“Soalnya muka lo serem, siapa tau muka lo bisa ngusir makhluk halus yang menganggu.” Ceplos Doyoung sambil mengetik surat di laptop miliknya tanpa menengok kearah Ten dan Kun.

“Itu mah muka lo!” Ucap Ten membalas omongan Doyoung.


“Ten! Dipanggil keruangan pak Johnny,” Panggil Kun yang baru saja keluar dari ruangan pak Johnny bersama dengan salah satu staff, Taeyong.

Ten mengangguk lalu berdi dari tempat duduknya dan berjalan menuju ruangan Johnny.

“Hayoloh, lo salah apa?” Bisik Kun ketika keduanya berpapasan di lorong ruangan.

Ten menggedikkan bahunya, selama ini dia baik-baik saja tuh.

Sebelum memasuki ruangan Johnny, Ten mengetuk pintu ruangan Johnny yang sedikit terbuka lalu kepalanya menyembul masuk kedalam ruangan, “Permisi pak, saya Ten kata Kun bapak manggil saya?”

Johnny yang sedang fokus memerhatikan komputernya kemudian mengalihkan seluruh atensinya untuk melihat sesosok lelaki mungil di pintu yang sedang menyembulkan kepalanya itu, “Oh, iya masuk Ten duduk dulu.”

Kemudian, Ten duduk dengan sopan di sofa yang ada di dalam ruangan milik Johnny.

Ekhm, Tadi kata Taeil kamu udah setuju ya mau nemenin saya ngelembur hari ini?” Tanya Johnny membuka percakapan awal.

Ten mengangguk, “Iya pak, kebetulan saya memang lagi gak ada kegiatan apa-apa setelah ini.”

“Sebelumnya terima kasih ya. Tenang aja, saya gak akan ngasih kamu kerjaan, kamu bebas ngapain aja disini entah main game, dengerin lagu pakai speaker pun boleh. Nanti kamu di meja kamu aja gapapa?” Ucap Johnny menjelaskan, Ten mengangguk.

“Gapapa, pak.”

“Kalau gitu, saya boleh minta nomor telfon kamu? Sepertinya saya belum punya nomor kamu.” Ucap Johnny kemudian mengeluarkan ponselnya yang daritadi berada di saku jas miliknya.

“Oh, iya pak ini nomor saya” Kemudian Ten mengucapkan sederet nomor yang merupakan nomor telfon miliknya.

“Baik udah saya save ya, kamu boleh lanjutin kerjaan kamu. Nanti makan saya yang grabfood in.” Ucap Johnny mempersilahkan Ten kembali ke tempat duduknya.

Ten mengangguk, “Terima kasih pak, saya balik ke tempat saya dulu pak.”

Johnny mengangguk lalu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya agar tidak terlalu malam melembur.

Dipikir, kasian juga Ten menemani dirinya yang sedikit penakut ini.


Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam, Ten saat ini sedang bermain game di laptopnya dan masih diam duduk di meja kerjanya itu sedangkan Johnny masih mengerjakan sesuatu di dalam ruangannya itu.

“Ten, 5 menit lagi kita pulang ya. Kamu belum makan malam kan? Maaf ya saya seperti menelantarkan kamu. Kita makan dulu di luar gapapa?” Ucap Johnny berjalan dari ruangannya mendekat ke arah meja Ten sambil memijit pelipisnya, ia sangat pusing sekarang.

“Ten?” Panggil Johnny lagi namun tidak ada jawaban dari Ten.

Ten masih serius bermain di laptopnya itu membuat Johnny dadah-dadah di depan muka Ten.

Ten langsung terkesiap dan melepas earphone miliknya itu dan mendongak melihat kearah Johnny, “Maaf pak, ada apa?”

Johnny terkekeh, “5 menit lagi kita pulang, kamu belum makan malam kan? kita makan dulu di luar gapapa?”

“Oh, gak usah juga gapapa pak. Saya gak enak tadi sore udah dibeliin makan juga sama bapak.” Ucap Ten tak enak.

“Saya yang gak enak nelantarin kamu gak dikasih makan malam. Yaudah beres-beres kita pulang makan dulu ya,” Ucap Johnny tanpa meminta jawaban dari Ten dan berlalu berjalan menuju ruangannya untuk beres-beres juga.


Sudah 2 hari Johnny tidak melembur lagi, namun hari ini ia tiba-tiba mendadak ada kerjaan dan membuat dirinya melembur kembali.

Sebelumnya Johnny sudah mengirimkan sebuah chat untuk Ten, ia minta ditemenin kembali.

Disinilah Ten, di meja kerja miliknya sambil mendengarkan lagu menggunakan earphone.

Padahal, Johnny membolehkan dirinya untuk mendengarkan lagu menggunakan speaker yang ada tapi Ten gak mau, dia lebih suka menggunakan earphone.

Hey, Rose I bought you five roses, won't you come to my show? Show you how to live life, yeah, you know you're fucking gold Give you all my time if you wanna take it slow Your soul is lovely, ay” Ten kelepasan bernyanyi seperti ia berada di dalam kamarnya lalu menggerakkan tubuhnya ke kanan kiri mengikuti alunan lagu.

Lagu yang sering diputar di ruangannya oleh salah satu staff bernama Taeyong.

Toh, gak ada orang kan?, Pikir Ten.

Ting!, sebuah pesan masuk kedalam ponsel milik Ten.

“Suara kamu bagus Ten, kamu gak mau ikut audisi?”

Ten langsung diam lalu menengok kearah ruangan Johnny, gak ada orang.

Berarti suara dia tadi terdengar sampai ruangan Johnny.

Ten malu setengah mati sampai pipinya memanas.

Setelahnya tidak ada suara lagi dari mulut Ten.


Kebesokannya ternyata Johnny lembur, lagi. Membuat Johnny kembali mengirim sebuah chat untuk Ten.

Untung saja Ten kembali bisa menemani Johnny.

Sebenarnya Johnny tidak enak meminta anak magang untuk menemani dirinya tapi, entahlah dia hanya ingin ditemani oleh sosok mungil ini.

Ia hanya merasa bahwa ia akan aman.

Ten sih iya-iya aja, siapa tau dengan aksi ia menemani kepala bidangnya ini nilai magang dia selama disini bisa bagus, 'kan?

Toh, dia gak dikasih kerjaan dan dibebasin ngapain aja sama Johnny.

Hari ini cuaca sedikit mendung dan membuat seisi ruangan dingin bahkan di ruangan Johnny yang memiliki dimensi ruangan lebih kecil.

Entah karena apa, Johnny tiba-tiba merasa merinding dan membuat bulu kuduknya berdiri.

Johnny masih tidak menghiraukan dan tetap melanjutkan kerjaannya di komputer.

Mungkin karena hembusan angin dari ac yang ada di ruangan Johnny membuat dirinya merinding akibat kedinginan.

Tuk!

Tanpa melihat kanan kiri depan belakang, Johnny lari setengah ngibrit dan teriak keluar dari ruangan lalu menetralisir nafasnya akibat terkejut mendengar suara barang jatuh di belakang dirinya.

Padahal, dia sedang sendiri.

“Ada apa pak?” Suara teriak Johnny membuat Ten terkejut dan melepas earphonenya untuk memastikan kepala bidangnya ini baik-baik saja.

Johnny berusaha menetralisir air mukanya agar terlihat staycool, malu juga dia diliat anak magang seperti itu.

Padahal, dia panik.

“O-oh.. gapapa, Ten. Lanjutin aja kegiatan kamu, sedikit lagi kita pulang ya.”

“Baik pak,” Jawab Ten kemudian mengemas barang-barangnya dan menunggu si kepala bidang keluar dari ruangan.


Setelah insiden barang jatuh di ruangan Johnny, Johnny gak lagi lembur.

Namun, sangat disayangkan. Lagi lagi Johnny harus kembali melembur.

Johnny memberanikan diri untuk mengirim pesan ke Ten untuk minta di temenin ngelembur lagi.

Kali ini, Johnny pun memberanikan diri untuk meminta Ten menemani dirinya di dalam ruangan Johnny.

Lagi pula, ruangan Johnny lumayan besar dan masih ada space untuk Ten memainkan laptop miliknya.

Ten tak bisa menolak, mau gak mau dia akhirnya berakhir menemani si kepala bidangnya ini di dalam ruangannya.

Canggung sih, tapi mau gimana lagi. Sepertinya ketua bidangnya ini sangat parnoan.

Sekarang Ten bingung harus ngapain, karena kalo main game Ten ini sangat heboh.

Apalagi kalau dengerin lagu, bisa-bisa ia keceplosan bernyanyi seperti waktu itu lagi.

Akhirnya, Ten membuka file skripsi miliknya yang tak pernah ia sentuh sejak lama semenjak magang ini.

Hanya membuka, bahkan dirinya sudah tidak tau mau mengetik apa lagi.

Merasa bahwa di belakangnya ada seseorang yang tengah memerhatikan dirinya, Ten menghadapkan dirinya kebelakang dan melihat sosok Johnny sedang memerhatikan dirinya.

“Lagi ngerjain apa Ten? Susah?” Tanya Johnny kemudian menundukkan badannya, mensejajarkan dirinya dengan Ten yang sedang duduk.

“Skripsi pak hehehe,” Jawab Ten kemudian pura-pura mengetik lalu menghapus kembali tulisan yang sudah ia ketik.

Dirasa sudah tidak ada orang dibelakang dirinya, Ten membuka tabs entah mencari apa. Ia dilanda gabut sekarang.

Johnny saat ini sedang mengetik sesuatu di komputernya dengan kemeja yang sudah digulung setengah tanpa menggunakan jas.

Bahkan, dasi milik Johnny sudah kendur dan memperlihatkan sedikit kulit tubuh dada Johnny karena ketua bidangnya ini tidak mengancing kancing atas kemejanya itu.

Ten menelan ludah miliknya kemudian menggeleng cepat guna menghilangkan pikiran kotor yang ada di dalam otaknya.

Oh tentu saja, Ten bukan seseorang yang polos.

Ia, sangat liar.

Kutuk saja Ten, karena ia sebenarnya memiliki perasaan setitik untuk ketua bidangnya ini.

Lagi pula, ketua bidangnya ini masih tergolong muda. Umur Ten dan umur Johnny tidak terpaut terlalu jauh, hanya 5 tahun?

Jika ingin menggali lebih dalam dosa-dosa Ten, beberapa kali ia sering membayangkan adegan erotis dengan ketua bidangnya itu.

Bahkan, Ten pernah memikirkan hal-hal tidak senonoh bersama ketua bidangnya di dalam ruangan milik Johnny.

Diam-diam Ten deg-degan juga, takut takut pikirannya itu bisa kejadian saat ini juga.

Mana keduanya sedang di dalam ruangan milik Johnny.

Catat, Hanya berdua.

Apa saja bisa terjadi, 'kan?

ekhm

Dehaman Johnny membuat pikiran Ten buyar kemudian kembali ke alam sadar dirinya.

Ternyata daritadi Ten melamun sampai bibirnya terbuka melihat Johnny.

Johnny terkekeh, “Ada apa Ten? susah ya skripsinya? Coba saya liat,”

Johnny berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan menuju tempat dimana Ten duduk sekarang sambil membenarkan dasinya yang sempat kendur tadi.

“O-oh! Biasa pak, saya lagi gak bisa mikir hehehe.” Ucap Ten, jantungnya berdegup cepat setelah merasakan dada Johnny yang sedikit menyentuh kepalanya itu.

“Judulmu itu? coba baca-baca jurnal dulu aja, referensi di google schoolar banyak. Lebih perkaya di jurnal aja, Ten.” Saran Johnny kemudian berdiri seperti semula setelah sedikit membungkukan badannya untuk melihat layar laptop milik Ten.

Ten akhirnya bisa bernafas lega karena kepalanya sudah tidak bertabrakan lagi dengan dada Johnny.

Ten terdiam kemudian pipinya memanas, dirinya sedang membayangkan betapa bidangnya dada milik Johnny.

Belum lagi otot-otot perut serta lengan milik Johnny yang sering terlihat dari lekuk kemeja Johnny.

“Ten?” Panggil Johnny kembali membuyarkan lamunan Ten.

Eum?” Saut Ten tak sadar kemudian mendongakkan wajahnya menatap wajah tampan milik Johnny.

Keduanya diam menatap wajah satu sama lain tanpa mengeluarkan sepatah kalimat.

Entah atmosfer sekitar yang mendukung atau memang Johnny yang tak sadarkan diri akibat tatapan mata manis milik Ten, Johnny memajukan badannya kemudian mengecup kening Ten.

Ten tak berkutik, ia kaget tentu. Namun, ia menikmati kecupan manis di keningnya dari Johnny.

“Maaf, saya terbawa suasana. Tolong lupakan,” Ucap Johnny kemudian menjauhkan tubuhnya dari Ten dan pura-pura merapihkan kemejanya.

Untung cuma kening John, Ucap Johnny dalam hati merutuki dirinya sendiri.

“Pak, saya gak keberatan.” Memang jiwa Ten ini dari awal sudah tidak sepolos apa yang sebenarnya Johnny bayangkan, kok.

“Ten? Lanjut kerjain skripsi aja ya.” Ucap Johnny kemudian berjalan menuju meja kerjanya namun Ten menahan dengan memegang lengan Johnny.

Ten seperti sudah kehilangan akal, masa bodo dia dikeluarkan dari magang kali ini.

Tapi, Ten tau Johnny tidak mungkin mengeluarkan dirinya atau bercerita mengenai hal tentang dia dan Johnny.

Iya, tentang Ten dan Johnny.

Malam itu, di ruangan milik Johnny.


“Oh shit tanganmu menjadi salah satu favorite saya, Ten!”


OKAY OKAY STOP.

kan sudah ku bilang LIL BIT, not that much hahaha.

sengaja di privatter, gak susah kan passwordnya.

ANYWAY, sorry for the typo(s). Karena ini gak aku check, diketik secepat kilat. ngawur.

but, hope you like it! drop your thoughts di cc ku hihi. luvs

@roseschies🌸